Sidoarjo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menjadikan Desa Watesari, Kecamatan Balongbendo, sebagai pusat edukasi pengolahan buah belimbing, karena desa itu merupakan salah satu penghasil buah belimbing.
Bupati Sidoarjo Saiful Ilah di Sidoarjo, Rabu, mengatakan Desa Watesari sangat luar biasa karena sudah mampu membuat inovasi khususnya terkait pusat edukasi dan pengolahan buah Belimbing.
"Pusat edukasi dan pengolahan buah Belimbing merupakan bagian dari program pilot inkubasi inovasi dan pengembangan ekonomi lokal Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal. Langkah ini bisa dicontoh desa-desa lainnya di Sidoarjo," katanya di sela Bursa Inovasi Desa (BID) klaster III Kabupaten Sidoarjo di Desa Pakarungan, Kecamatan Sukodono.
Bupati Sidoarjo itu juga memberikan apresiasinya terkait Desa Watesari khususnya melalui BUMDes telah dikunjungi sejumlah warga dari kabupaten lain, termasuk kunjungan dari warga asing yang melakukan studi banding.
"Desa Watesari sudah menjadi desa percontohan yang faktanya sudah jadi lokasi studi banding. Infonya yang berkunjung dari desa-desa Kabupaten Jombang termasuk ada warga asing dari Myanmar dan Jepang yang melakukan riset," ujarnya.
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo akan memberikan penghargaan bagi desa-desa di wilayahnya yang berhasil menampilkan capturing kegiatan inovasi dan dinilai sebagai yang terbaik guna mendorong modifikasi kemanfaatan penggunaan dana desa yang kini telah mencapai tahun ke-5, sejak pertama kali diluncurkan pada 2015 lalu.
"Pemkab Sidoarjo tidak akan tutup mata, bagi desa yang telah melahirkan inovasi terbaik akan mendapatkan penghargaan,” katanya.
Koordinator Konsultan Pendamping Wilayah (KPW) IV Provinsi Jawa Timur, Andre Dewanto mengatakan, Kabupaten Sidoarjo dengan total desa 322 yang tesebar di 18 Kecamatan itu pada 2019 ini mendapat pagu aliran dana desa sebesar Rp295,899 miliar, alokasi ini meningkat dibandingkan pada awal 2015 sebanyak Rp91,414 miliar dan meningkat secara bertahap menjadi Rp205,23 miliar pada 2016.
"Masalah penyaluran dana desa di Sidoarjo secara umum tidak ada kecuali adanya 4 desa yang tenggelam terdampak lumpur yang ke depan harus segera mendapat status penyelesaian agar silpa dana desa Sidoarjo tidak meningkat terus," kata Andre.