Malang (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Guangzhou University Tiongkok kembali menjajaki kerja sama dalam beberapa program akademik bagi mahasiswa maupun dosen kedua belah pihak.
"Secara garis besar kerja sama ini baik, serta dibutuhkan oleh kedua belah pihak, baik Guangzho University maupun UMM. Ke depan, memang akan diadakan pertukaran mahasiswa, hubungan bilateral dengan berbagai skema yang akan dijalankan oleh perwakilan dosen dari masing masing program studi," kata Sekretaris International Relation Office (IRO) UMM, Dr Listiari Hendraningsih di Malang, Kamis.
Namun demikian, kata Listiari, permasalahannya adalah di setiap subjek mata kuliah diwajibkan untuk menulis dengan menggunakan huruf Hanzi dan bahasa Mandarin. "Inilah faktor tersulit, namun tetap harus kita dorong agar dapat meningkatkan semangat para dosen agar terus berlatih menulis huruf Hanzi," tuturnya.
Kepala Divisi Kerja Sama dan Penerapan IPTEK DPPM Djoko Sigit Sayogo menambahkan UMM hendak menjalin kerja sama berupa Community Service, yang terkait dengan KKN dan magang. Bagi dosen, skema yang dijalankan yakni pemberian beasiswa strata tiga atau doktoral di Tiongkok.
Kerja sama yang akan dilakukan juga berupa short term selama dua bulan untuk beberapa program studi. Beasiswa 6 bulan juga ditawarkan dari program studi bahasa Inggris, namun masih dirundingkan kebijakannya mulai dari biaya dan hal-hal lain.
"Tak kalah penting, UMM juga menawarkan 'research collaboration' yang dikerjakan bersama oleh kedua perguruan tinggi," ucapnya.
Sebelumnya sejumlah jajaran petinggi Guangzhou University Tiongkok berkunjung ke UMM. Lawatan tersebut dimaksudkan untuk menemui pimpinan Kampus Putih itu guna menegosiasikan tawaran sejumlah program akademik bagi mahasiswa dan dosen kedua pihak.
Beberapa program yang dinegosiasikan di antaranya pemagangan dan pendidikan doktor atau setara S3. Kerja sama antara UMM dan Guangzho University sudah dijalankan sebelumnya lewat skema kursus bahasa Mandarin melalui Confucious Institute.
Kursus ini bahkan telah diwajibkan di sejumlah program studi (prodi). "Pertemuan ini sedianya terbatas hanya untuk beberapa program studi saja, namun pembahasan semakin berkembang," kata Wakil Rektor I UMM Prof Dr Syamsul Arifin.