Banyuwangi (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, kembali menggelar Festival Hadrah Pelajar Nasional pada Ramadhan 1440 Hijriah.
Ratusan pelajar dari 20 kota di berbagai penjuru nusantara unjuk kebolehan memainkan seni bernuansa Islami, dan festival semakin menarik dengan penampilan belasan mahasiswa mancanegara yang turut memeriahkan.
Festival Hadarah ini diikuti sebanyak 89 grup pelajar dari 20 daerah di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat, dan yang meramaikan kegiatan ini, di antaranya Madrasah Aliyah (MA) Nur Anjani Lombok, MA Annida Al Islamy Jakarta Barat.
Festival hadrah dibuka pada dengan tarian kuntulan rodat ya jamaliha dengan iringan musik rebana nan rancak yang dilanjutkan dengan pemukulan rebana secara serentak oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas bersama Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko serta Forpimda.
Bupati Anas mengatakan bahwa festival ini merupakan panggung bagi anak-anak pecinta kesenian Islami untuk mengekspresikan karyanya. Kesenian hadrah ini banyak tumbuh di Banyuwangi seiring dengan banyaknya santri yang ada di Banyuwangi.
"Festival ini akan menjadi media untuk merajut silaturahim dan konsolidasi antarpelajar dan santri dari seluruh nusantara dan sekaligus lewat festival hadrah dan shalawat ini kami ingin mengirim pesan tentang budaya Islam di Indonesia yang santun, toleran dan inklusif, san yang tentunya cinta damai," ujarnya.
Tak hanya itu, lanjut Anas, festival ini juga sekaligus sebagai cara untuk mengenalkan berbagai bacaan sholawat yang biasa ditemui di pesisir Jawa, Bali dan daerah lain.
"Nah varian-varian sholawat itu akan ditampilkan oleh peserta lomba di sini, sehingga akan memperkaya pengetahuan para pelajar dan santri," kata Bupati Anas.
Festival hadrah yang digelar di Taman Blambangan mulai 17 hingga 18 Mei 2019, semakin meriah dengan penampilan 13 mahasiswa dari 12 negara peserta program Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI). Mereka tampil memukau saat menampilkan tari Kuntulan dan menyanyikan lagu Islami "Ramadhan Tiba" dengan bagus, dan penonton pun merasa terhibur dengan penampilannya.
Salah seorang mahasiswa asal Bilbao Spanyol, Irati Gutierrez Ugarte mengaku sangat antusias tatkala diajak berlatih tari kuntulan yang biasa diiringi musik hadrah.
"Susah latihannya, tapi menarik. Bagaimana saya harus menari dengan pakaian yang serba tertutup semacam ini, beda sekali dengan tarian di Spanyol," kata Irati.
Dia merasa senang mempelajari tari dan budaya Banyuwangi, baginya Banyuwangi adalah perpaduan antara budaya Jawa dan Bali.
"Sebelum ke sini saya belajar tentang budaya Banyuwangi dan ternyata di sini adalah perpaduan dua budaya. Ini sangat menarik, dan lebih menariknya di Banyuwangi kultur Islam juga menonjol," ujarnya.
Menurut Irati, berlatih tari kuntulan ini merupakan kesempatan bagi dia untuk mengenal Islam di Indonesia.
"Di Spanyol penganut Islam juga banyak, dari dulu saya sudah mulai tertarik dengan budayanya. Untuk itu selama di Banyuwangi dengan mayoritas warganya yang Muslim, akan saya gunakan memperkaya wawasan tentang Islam itu sendiri," kata Irati.
Belasan mahasiswa dari mancanegara merupakan peserta program BSBI dari Kementerian Luar Negeri RI, yang menjaring mahasiswa berpotensi dari seluruh dunia untuk diberi kesempatan mempelajari budaya Indonesia, dan mereka akan tinggal selama tiga bulan untuk belajar seni budaya Banyuwangi. (*)