Banyuwangi (Antaranews Jatim) - Festival Gandrung Sewu 2018 yang bakal digelar di Banyuwangi, Sabtu (20/10), dipastikan kembali menyajikan kekayaan seni yang beragam dari daerah ujung timur Pulau Jawa itu. Tahun ini, seni Hadrah Kuntulan akan mewarnai penampilan Gandrung Sewu yang telah digelar rutin selama tujuh tahun terakhir.
Kesenian Hadrah Kuntulan akan menjadi pembuka pergelaran ini. Sebanyak 150 anak muda akan melantunkan bait-bait pujian Islami dengan alunan musik hadrah.
"Mereka akan mengumandangkan puji-pujian tentang keagungan Allah SWT, salawat, yang di dalamnya juga terselip doa dan permohonan ampunan seorang hamba kepada Sang Khalik, serta memohon keselamatan dunia akhirat," kata Sabar Harianto, pelatih seni kuntulan yang merupakan salah satu budaya khas Banyuwangi.
Di Banyuwangi, Tari Kuntulan biasanya tampil pada waktu peringatan hari besar keagamaan. Para penarinya menampilkan tari Rodat, dengan memakai kerudung, sarung tangan, dan kaus kaki. Setiap tahun juga digelar Festival Kuntulan yang mempertemukan berbagai kelompok musik Islami tdari seluruh Banyuwangi.
"Para penarinya akan menampilkan koreografi yang didominasi permainan tangan dan badan. Mereka terus berlatih untuk menyiapkan penampilannya. Perpaduan dengan musik Hadrah juga terus diasah," ujar Sabar.
Selain hadrah kuntulan, para penonton juga menyaksikan aksi qori (pembaca Al Quran) Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi, Muhamad Qudus, yang akan melantunkan sholawat Nabi. Qudus akan diiringi hadrah Al Banjari untuk mengumandangkan puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
"Seni hadrah kuntulan itu dipastikan bakal semakin menyemarakkan Festival Gandrung Sewu," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata MY Bramuda.
Bramuda menjelaskan, tahun ini, pergelaran Gandrung Sewu mengangkat tema Layar Kumendung. Tema ini mengacu dari salah satu tembang yang menjadi pengiring pada tari Gandrung.
Ceritanya menampilkan kisah heroisme Bupati pertama Banyuwangi Raden Mas Alit dalam menentang pendudukan VOC Belanda. Meski kemudian Raden Mas Alit harus gugur dalam ekspedisi pelayaran (Layar) hingga menyebabkan kesedihan (Kumendung) bagi rakyat Banyuwangi.
"Kisah kepahlawanan itu dikemas dalam fragmen menarik, sehingga pertunjukan ini tidak sekadar peristiwa seni dan budaya, tapi juga menjadi media untuk kembali mengingat sejarah pahlawan yang telah berjasa bagi daerah ini. Sehingga kita bisa terus mencintai daerah ini serta tergerak untuk memajukannya," ujar Bramuda.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berharap, tampilnya kuntulan hadrah itu bakal semakin menumbuhkan iklim mencintai seni-budaya daerah.
"Kami ingin anak-anak muda juga mencintai seni kuntulan sekaligus bagian dari dakwah. Juga tentu kesenian-kesenian lainnya agar bisa terus lestari di tengah kemajuan zaman dan gempuran seni-budaya global," ujarnya. (*)
Baca juga: Kadispar: Gandrung Sewu Gerakkan Ekonomi Lokal Banyuwangi
Baca juga: Gandrung Banyuwangi akan Unjuk Kebolehan di AS
Baca juga: Festival Gandrung Sewu Sukses Hibur Ribuan Wisatawan