Surabaya (ANTARA) - Direktur Mahata Aero Teknologi, Thomas Widodo, mengaku kerja sama dengan Garuda Indonesia menguntungkan, meski dengan konsekuensi mencatat utang sebesar 239 juta dolar AS kepada Garuda dalam periode 15 tahun ke depan, karena sesuai hitung-hitungan konservatif model bisnis kerja sama ini akan menghasilkan pendapatan tidak kurang dari 1,5 miliar dolar AS.
"Dari perhitungan konservatif, kami yakin dengan angka yang di Laporan Keuangan Garuda (2018), dengan konsep-konsep yang sudah diperhitungkan, tentu saja. Secara pembukuan accounting juga sudah diperkenankan," kata Thomas, dalam keterangan persnya di Surabaya, Rabu.
Ia mengatakan, kerja sama dengan Garuda Mahata menandatangani utang sebesar 239 juta dolar AS kepada Garuda, dan oleh Garuda dicatatkan dalam Laporan Keuangan 2018 pada kolom pendapatan.
Ia mengatakan, optimisme Mahata juga bukan semata atas hitung-hitungan di atas kertas semata, karena ada beberapa mother vessel yang siap mendukung Mahata, salah satunya dari Uni Emirat Arab yang siap mengucurkan dana sebesar 21 juta dolar AS pada tahun pertama, dana itu akan dialokasikan untuk pengadaan infrastruktur digital di 10 pesawat Citilink.
"Kami juga harus meyakinkan publik bahwa ini bisnis yang make sense dengan cara kita harus membuktikannya, karena di belakang kami ada beberapa investor besar, tapi kita gak bisa sebutkan. Seberapa yakin kita bisa make money? Cuma satu cara, prove it. Kita percaya ini bisa, walaupun kendalanya banyak," katanya.
Ia mengatakan, melalui kerja sama antara Mahata dengan Garuda ada tiga poin yang bisa dicatat. Pertama, Mahata mengambilalih cost dari Garuda. Kedua, Garuda mendapat income tambahan dari pembayaran dari Mahata. Ketiga, dari segi konsep penerbangan ber-Wifi yang sudah semakin umum, akan meningkatkan load factor penerbangan Garuda.
"Kami membantu Garuda secara finansial dan promosi dari segala sisi, dan Mahata juga sudah bekerja sama dengan perusahaan penyedia konektivitas internet berbasis satelit, Inmarsat. Sedangkan untuk pemasangan infrastruktur dan pengoperasian integrated digital system di pesawat, Mahata menggandeng Lufthansa Technology dan Lufthansa System," katanya.
Sementara itu, Mahata juga telah melakukan pemasangan system di sebuah pesawat Citilink pada Desember 2018, dan sudah diujicobakan pada penerbangan joy flight pada 16 Januari lalu, dan sukses.
“Kami optimistis, model bisnis ini akan menguntungkan dan menjadi trend dalam industri penerbangan di masa depan," katanya. (*)
