Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Perum Jasa Tirta (PJT) I Sub Divisi Jasa ASA III/3 di Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan Bengawan Solo di hilir Jawa Timur, merangkak naik, disebabkan hujan lokal, namun masih dalam batas aman di bawah siaga banjir.
"Kenaikan air Bengawan Solo di Bojonegoro dipengaruhi hujan lokal sehari lalu. Kenaikannya tidak signifikan, ya masih aman," kata Pengamat Prasarana Pengairan PJT I Sub Divisi Jasa ASA III/3 Bojonegoro Muhammad Yudo Nugroho, di Bojonegoro, Sabtu.
Hal itu dibenarkan Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Nadif Ulfia.
"Kenaikan air Bengawan Solo di Bojonegoro masih belum menimbulkan banjir," ujarnya.
Ia membenarkan kenaikan air Bengawan Solo di Bojonegoro disebabkan pengaruh pasokan debit Kali Kening di Tuban yang airnya masuk ke Bengawan Solo.
"Ya naiknya Bengawan Solo bukan dari hulu, tapi hujan lokal sehari lalu," ucapnya menambahkan.
Meski demikian, katanya, BPBD mewaspadai ancaman banjir luapan Bengawan Solo, karena berdasarkan prakiraan cuaca selama Februari curah hujan tinggi.
"Kami juga mengimbau daerah hilir yang dilalui Bengawan Solo tetap meningkatkan kewaspadaan," ucap Yudo menambahkan.
Sesuai data di BPBD menyebutkan bahwa ketinggian air Bengawan Solo di taman Bengawan Solo (TBS) di Desa Ledokwetan, Kecamatan Kota, mencapai 11,20 meter, masih di bawah siaga banjir, Sabtu pukul 12.00 WIB.
Sedangkan di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer dari kota, pada waktu bersamaan ketinggian air Bengawan Solo juga di bawah siaga banjir 23,14 meter. Di hilirnya di Babat, Laren, dan Kuro, Lamongan, masing-masing 5.45 meter, 3,56 meter, dan 0.80 meter.
Data dari BPBD menyebutkan banjir luapan Bengawan Solo pada 2018 merendam 96 desa yang tersebar di 12 kecamatan dengan kerugian mencapai Rp10,5 miliar. Kerugian terbesar disebabkan rusaknya tanaman padi di sepanjang daerah bantaran.
Selain itu, di daerah setempat banjir bandang juga melanda 26 desa yang tersebar di Kecamatan Gondang, Dander, Temayang, Balen, Bubulan dan Sukosewu, dengan kerugian mencapai Rp3,2 miliar. (*)