Malang (Antaranews Jatim) - Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Budi Utomo atau "IBU" Malang, Jawa Timur, menggratiskan biaya kuliah bagi mahasiswa baru maupun lama yang menjadi korban bencana alam.
"Siapapun yang kuliah di IBU, mahasiswa baru atau lama, yang terkena musibah bencana alam kami gratiskan hingga mereka selesai studinya, sebab mereka pasti kesulitan keuangan setelah terjadi bencana," kata Rektor IKIP Budi Utomo Malang Dr Nurcholis Sunuyeko di sela penerimaan mahasiswa baru di gedung Kartini Malang, Kamis.
Hanya saja, berapa jumlah mahasiswa yang diberi fasilitas kuliah gratis hingga selesai karena menjadi korban bencana alam tersebut, masih dalam proses pendataan di bagian kemahasiswaan. Namun demikian, Nurcholis memastikan jika mahasiswa korban bencana alam akan dibebaskan dari biaya perkuliahan hingga lulus.
"Kami memang belum tahun jumlahnya berapa, tapi paling tidak kuota 20 persen pembebasan biaya kuliah (beasiswa) yang ditetapkan secara nasional diharapkan bisa terpenuhi. Biasiswa tersebut bisa dari? pemerintah (nasional) maupun dari Yayasan IKIP BU Khadijah," ujarnya.
Ia mengemukakan sebagai bagian dari Indonesia, IKIP Budi Utomo bukan mengambil alih tugas negara di bidang pendidikan, namun ikut membantu agar anak-anak yang tertimpa musibah ini bisa mendapatkan haknya menempuh pendidikan sampai di perguruan tinggi.
Kebijakan ini, lanjutnya, sebagai bentuk empati terhadap orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya, namun sedang mengalami kesulitan finansial akibat tertimpa musibah.
Nurcholis mengatakan kebijakan menggratiskan biaya kuliah bagi mahasiswa korban bencana alam tersebut tidak hanya sebatas korban gempa bumi di Lombok, tetapi masyarakat di luar Lombok yang terkena musibah bencana alam dan ingin kuliah, silakan mendaftar.
Menyinggung jumlah mahasiswa yang diterima sebagai mahasiswa baru di IKIP Budi Utomo tersebut, Nurcholis mengatakan sebanyak 1.010 orang. "Sebenarnya yang mendaftar mencapai 1.430 orang, namun yang diterima hanya 1.010 karena menyesuaikan dengan rasio ideal antara jumlah mahasiswa dengan dosen," paparnya.
Dua tahun lalu IKIP Budi Utomo melakukan moratorium penerimaan mahasiswa baru karena jumlah mahasiswa dinilai "overload" sehingga jumlah pengajar dengan mahasiswa tidak seimbang. Dengan kondisi itu, selain melakukan rekrutmen dosen dengan jumlah yang tidak sedikit, kampus yang mencetak tenaga pengajar tersebut juga melakukan moratorium penerimaan mahasiswa baru.(*)