Malang (Antaranews Jatim) - Gubernur Jawa Timur terpilih Khofifah Indar Parawansa siap merintis program "millenial job center" atau pusat bursa kerja untuk para difabel, termasuk lulusan Universitas Brawijaya (UB) Malang.
"Saat ini masih banyak industri rumahan yang membutuhkan tenaga kerja profesional untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Dan, saya ingin ada sesuatu yang bisa menyambungkan antara Program Millenial Job dengan kemampuan mahasiswa difabel," kata Khofifah saat berdiskusi dengan sejumlah mahasiswa difabel UB di ruang rektor kampus itu di Malang, Jawa Timur, Rabu.
Pada kesempatan itu, Khofifah juga menanyakan kemampuan apa yang dimiliki oleh difabel di UB. Sebab, ada perusahaan garmen terkemuka yang benar-benar memanfaatkan kemampuan difabel.
Khofifah menceritakan ketika ia magangkan para difabel di perusahaan garmen tersebut, ternyata perusahaan garmen itu benar-benar menyerap kemampuan mereka 100 persen. "Kami magangkan 10 orang pada tahun 2015 dan ternyata seluruhnya direkrut sebagai karyawan di perusahaan garmen itu," ucapnya.
Khofifah berharap UB bisa lebih memaksimalkan fasilitasnya untuk mahasiswa difabel tersebut. Selain itu, juga ada spesialisasi yang lebih memberikan peluang kerja profesi bagi mereka.
Sementara itu, Sekretaris Pusat Study Layanan Disabilitas UB, Slamet Tohari menambahkan ada berbagai macam kemampuan yang dimiliki mahasiswa difabel, antara lain di bidang programmer dan even organizer.
Bahkan, kata dia, ada yang menuai prestasi internasional di Malaysia beberapa waktu lalu.
Rektor UB Prof Nuhfil mengatakan saat ini UB bekerja sama dengan perguruan tinggi di Jawa Timur membuat sebuah rencana strategis untuk membina dan mendampingi mahasiswa di berbagai macam bidang, seperti peternakan dan pertanian.
Program Millenial Job Center akan menyiapkan job training dan skill tambahan bagi lulusan S1 maupun pendidikan vokasi, sekaligus membantu starting up usaha, serta promosi bagi usahawan muda dan dukungan pembiayaan usaha pada tahap awal usaha.
UB menerima mahasiswa difabel sejak beberapa tahun lalu dengan rata-rata jumlah mahasiswa sekitar 20 hingga 25 orang per tahun. Mahasiswa difabel tersebut tersebar di hampir semua fakultas, kecuali kedokteran dan MIPA (eksakta). (*)