Malang (Antaranews Jatim) - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melibatkan para dosen dan karyawan kampus setempat untuk melangkal paham radikal agar tidak sampai tumbuh an berkembang di kampus tersebut.
"Beberapa upaya telah kami lakukan untuk menangkal deradikalisasi di wilayah kampus, termasuk pendampingan terhadap seluruh kegiatan mahasiswa dengan melibatkan dosen dan karyawan, bahkan pak satpam pun juga dilibatkan dalam melakukan pengawasan," kata Rektor UMM, Fauzan di Malang, Jawa Timur, Rabu.
Pengawasan terhadap kegiatan mahasiswa ini melalui dosen-dosen yang menjadi pembina dan pembimbing organisasi. Tugas mereka mengontrol dan memantau ideologi yang berkembang. "Dikhawatirkan jika mengarah pada radikalisme. dan pndampingan dosen ini sudah kita lakukan sejak lama sebelum isu radikalisme ini mencuat," ujarnya.
Menurut Fauzan, paham radikalisme bisa tumbuh subur di kampus negeri, karena kampus negeri menganut ideologi yang lebih global. Tidak seperti UMM dengan ideologi ke-Islaman (agamis). "PTN mengusung ideologi kebangsaan dan nasional," tuturnya.
Namun demikian, Fauzan mengakui pada tahun 2005, ada lima mahasiswa UMM yang menjadi korban dari paham radikal. Mereka dicuci otaknya oleh salah satu kelompok radikal. Bahkan, kelimanya juga sempat dikabarkan hilang selama beberapa hari.
"Pernah ada kejadian mahasiswa terpapar radikalisme, tapi mereka korban. Saya ingat betul karena waktu itu saya jadi Kabiro Kemahasiswaan," katanya.
Menyinggung upaya lain, seperti bekerja sama dengan intelijen, Fauzan mengaku sudah cukuplama hal itu dilakukan, bahkan pihaknya juga menggandeng rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW) serta masyarakat yang ada di sekitar kampus. "Jauh sebelum isu radikalisme dan sejumlah kejadian akhir-akhir ini, kami sudah melakukan antisipasi dengan berbagai upaya," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) merilis beberapa nama kampus yang disinyalir menjadi pertumbuhan paham radikalisme. Kapolres Malang Kota, AKBP Asfuri, pun pernah menyatakan, ada dua Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Kota Malang teridentifikasi banyak mahasiswanya menyuarakan radikalisme. (*)
