Tulungagung (Antaranews Jatim) - Pakar sosiologi politik dari Universitas Muhammadyah Surabaya Zainudin Maliki menilai debat publik di era digital media saat ini memiliki dampak/pengaruh jauh lebih besar dibanding lima tahun lalu di mana popularitas media sosial tidak semasif saat ini.
"Sekarang ini apa-apa mudah sekali viral. Apalagi dengan konten debat publik seperti kemarin (Minggu malam, 22/4). Saya yakin hal-hal menarik dalam debat itu akan menjadi objek viral di medsos," kata guru besar Sosiologi Politik Universitas Muhammadyah Surabaya ini dikonfirmasi hasil gelaran Debat Publik II Pilkada Tulungagung, Senin.
Maliki menggambarkan, efek debat publik yang kini bisa cepat menyebar di kanal media massa dan medsos bisa mempengaruhi tingkat elektabilitas calon hingga kisaran 20-25 persen.
Rasio itu tiga lipat lebih dibanding dampak debat publik pilkada yang digelar periode sebelumnya, 2013.
"Dulu efeknya (debat publik pilkada) sedikit di atas lima persen, di bawah 10 persen. Sekarang mungkin bisa sampai 25 persen," ucap Maliki.
Baca juga: Panelis: Calon Petahana Diuntungkan Pengalaman
Baca juga: Gelar Debat Publik II, KPU Tulungagung Libatkan Warganet
Baca juga: Sah ! KPU Tulungagung Tetapkan DPT Pilkada 2018
Karenanya, ia menyarankan masing-masing pasangan calon benar-benar menyiapkan materi saat mengikuti gelaran debat publik selanjutnya (ke-3) yang akan digelar KPU Tulungagung pada 13 Mei.
"Pasangan calon harus mempersiapkan materi sesuai tema sebaik-baiknya. Gunakan kesempatan debat publik untuk menyampaikan visi-misi dan program yang akan dilakukan. Supaya masyarakat bisa menilai dan menguji kelayakan calon pemimpinnya," tuturnya.
Ada dua "blunder" atau kesalahan kecil dilakukan masing-masing pasangan calon saat Debat Publik II Pilkada Tulungagung yang digelar KPU Tulungagung di Crown Victoria Hotel, Minggu (22/4) malam.
Pertama soal diksi "kira-kira" yang digunakan Cabup Margiono saat menjelaskan jawaban tentang pelayanan publik yang dilontarkan panelis, sehingga mamantik cemooh dari kubu pendukung lawan.
Kedua, adalah kesalahpahaman Cabup Petahana Syahri Mulyo saat mendapat pertanyaan "jebakan" dari Paslon Margiono mengenai kesiapan dan langkahnya atas gelombang revolusi industri keempat (revolusi digital).
Menurut Maliki, semua dinamika dalam debat bisa menjadi bahan gunjingan ataupun diskusi yang viral di berbagai linimasa dengan basis pengikut/pengguna/pengakses masif seperti halnya facebook, instagram, twitter, raddit, hingga youtube dan sebagainya.
Pilkada Tulungagung diikuti dua pasangan calon, yaitu Margiono-Eko Prisdianto yang diusung koalisi sembilan partai politik dan mendapat nomor urut 1, dan pasangan calon petahana Syahri Mulyo-Maryoto Bhirowo yang diusung PDIP-Partai Nasdem yang mendapat nomor urut 2.
Di level lokal, dua pasangan calon ini juga memiliki barisan tim IT yang bergerak membuat propaganda dan pencitraan via lintasmedia sosial. Baik secara sporadis maupun berkelompok sehingga setiap objek propaganda bisa viral dalam tempo cepat.(*)