Beijing, (Antara) - Seiring dengan mulai masuknya musim semi, kabut asap kembali menyelimuti Kota Beijing, Kota Tianjin, dan Provinsi Hebei dalam dua hari terakhir ini.
Kualitas udara di ketiga wilayah itu kembali memburuk setelah musim dingin yang kualitas udaranya lebih bagus karena ada perubahan konsumsi energi dari batu bara ke gas sebagai bagian dari upaya pemerintah China mengatasi polusi.
Indeks kualitas udara (AQI) di pusat Kota Beijing pada Selasa (27/3) pukul 14.00 waktu setempat (13.00 WIB) terpantau 260 dengan kadar PM2.5 dan PM10.
Suhu udara Ibu Kota yang berada di wilayah utara daratan Tiongkok itu pada Selasa (27/3) mencapai 27 derajat Celcius atau lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah di sekitarnya selama bulan Maret.
Sejak Sabtu (24/3) malam, Dinas Lingkungan Hidup Kota Beijing telah mengeluarkan peringatan akan buruknya cuaca diikuti Kota Tianjin.
Kabut masih akan terus berlangsung hingga Rabu, demikian pernyataan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Ekologi China.
Global Times melaporkan bahwa peringatan tersebut dikeluarkan setelah kabut asap menyelimuti ketiga wilayah itu selama berlangsungnya Sidang Umum Parlemen (NPC) pada 9-15 Maret 2018.
Bahkan pada saat NPC mengangkat kembali Xi Jinping sebagai Presiden China untuk periode lima tahun mendatang, Sabtu (17/3), Beijing diguyur hujan salju pada saat beberapa wilayah di sekitarnya sudah tidak lagi mengalaminya.
Kementerian LH dan Ekologi menyatakan bahwa sejak wilayah utara China memasuki musim semi, suhu udara terus meningkat dan angin yang berhembus dari selatan ke timur membawa uap air sehingga mengakibatkan kualitas udara memburuk.
"Wilayah utara bertekanan rendah sehingga sirkulasi udara lemah yang menyebabkan polusi tertahan. Sejak sejumlah industri kembali beroperasi setelah berhenti sementara pada musim dingin, emisi dari pabrik dan transportasi yang seharusnya lebih rendah pada musim semi justru menningkat," tutur Wang Gengchen, peneliti dari Chinese Academy of Sciences' Atmospheric Physics Institute.
Menurut dia, Kota Beijing, Kota Tianjin, dan Provinsi Hebei masih mengandalkan industri kimia dan transportasi darat sehingga polusi tetap tinggi.
Pada musim dingin November 2017-Februari 2018, cuaca di wilayah utara China itu lebih bagus daripada periode yang sama tahun-tahun sebelumnya karena beberapa kebijakan diterapkan, seperti perubahan konsumsi energi dari batu bara ke gas.
"Masyarakat sangat yakin dengan peningkatan kualitas udara beberapa waktu lalu. Namun sayangnya, kualitas udara di wilayah utara saat ini masih sangat buruk. Ini berarti peningkatan emisi telah menciptakan polusi," ujar Wang.
Antara Beijing melaporkan bahwa dalam dua hari terakhir masyarakat Ibu Kota mengenakan masker untuk meminimalkan hirupan kabut asap yang dapat mengganggu sistem pernapasan.
Sejak Rabu pagi, suhu udara di Beijing berkisar antara 19 hingga 23 derajat Celcius.(*)
Kabut Asap Kembali Menyelimuti Beijing-Tianjin
Rabu, 28 Maret 2018 9:16 WIB
Wilayah utara bertekanan rendah sehingga sirkulasi udara lemah yang menyebabkan polusi tertahan. Sejak sejumlah industri kembali beroperasi setelah berhenti sementara pada musim dingin, emisi dari pabrik dan transportasi yang seharusnya lebih rendah pada musim semi justru menningkat