Kepala SDN 04 Kedoyo, Sunarto, Kamis mengatakan, pemberlakuan kelas darurat sudah berlangsung hampir sebulan terakhir.
Jika sebelumnya hanya kelas 1 da 2 yang berbagi ruang untuk rutinitas kegiatan belajar-mengajar pada jam pelajaran sekolah, kini semua kelas digabung.
"Selama ini kami memiliki empat lokal untuk kegiatan belajar-mengajar, namun karena satu lokal rusak berat dan dibongkar, kini tiga lokal yang tersisa masing-masing dibagi untuk KBM dua kelas berbeda," kata Sunarto menjelaskan.
Itupun, lanjut dia, satu dari tiga ruang yang masih bisa digunakan kondisinya kurang layak karena sebagian atap terbuka dampak pembongkaran kelas di sebelahnya.
"Repotnya kalau hujan, air bisa masuk. Tapi itu kami siasati dengan menggeser bangku siswa dan guru agak ke belakang. Asal hujan tidak deras," katanya.
Tiga kelas gabungan di tiga ruang untuk aktivitas belajar-mengajar tersebut adalah kelas 1 dengan kelas 2, kelas 3 dengan kelas 4, dan kelas 5 dengan kelas 6.
Untuk memisahkan dua kelas yang tergabung dalam satu ruangan itu, pihak sekolah memasang sekat pemisah dari kayu (triplek), dengan masing-masing dua papan tulis untuk sarana belajar-mengajar.
"Kami masih bersyukur kondisi ini, meski darurat tidak sampai mengganggu aktivitas belajar-mengajar siswa. Pelajaran tetap berjalan normal dan siswa tetap nyaman mengikuti KBM," ujarnya.
Sunarto bercerita, kerusakan bangunan ruang kelas yang digunakan untuk gabungan kelas 1 dan 2 sebenarnya sudah teridentifikasi lama, sejak awal pertengahan 2017.
Namun kondisinya kian parah pada Desember 2017 dimana atap bangunan melengkung turun dan sebagian plafon jebol.
Setelah diperiksa kepala sekolah bersama guru, diketahui konstruksi kayu pada kuda-kuda atap telah patah dan bangunan rawan ambruk.
"Kami seketika itu segera melapor ke UPT (unit pelaksana teknis) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Sendang dan diteruskan ke Dindik Tulungagung. Laporan itu segera ditindaklanjuti dan rekomendasinya aktivitas KBM di kelas yang rusak supaya dialihkan," tutur Sunarto.
Mengacu pada rekomendasi itulah, Sunarto memutuskan mengalihkan aktivitas belajar mengajar siswa kelas 1 dan 2 di ruang kelas 3, sementara siswa kelas 3 dan 4 ikut digabung di kelas 4.
"Akhirnya masing-masing kelas digabung dengan konsep satu ruang untuk dua kelas berbeda. Sementara bangunan lokal kelas 1 yang rusak kemudian kami bongkar agar tidak ambruk dan merembet ke kelas sebelahnya," ujarnya.
SDN 04 Kedoyo yang berdiri sejak 1985 kini memiliki 44 siswa. Rinciannya, kelas 1 sebanyak tujuh siswa, kelas 2 memiliki lima siswa, kelas 3 ada sembilan siswa, kelas 4 ada enam siswa, kelas 5 sebanyak delapan siswa dan kelas 6 sebanyak sembilan siswa.
Menurt keterangan Sunarto, SD ini sebenarnya pernah direnovasi pada 2006, namun pelapukan dan kerusakan kecil pada bagian atap dalam jangka lama membuat konstruksi salah satu bangunan kelas rusak berat dan membahayakan keselamatan siswa maupun guru saat aktivitas KBM berlangsung.
"Dinas (Pendidikan) sudah memastikan tahun ini, mungkin mulai Maret nanti, renovasi atap akan dilakukan menyeluruh dengan alokasi anggaran sebesar Rp200 juta lebih yang diambilkan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) 2018," ujarnya. (*)
Video Oleh Destyan H Sujarwoko