Situbondo, (Antara Jatim) - Dua "ekstensometer" atau alat pendeteksi gerakan tanah di dua desa rawan bencana longsor di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur tidak berfungsi atau rusak sejak satu tahun terakhir.
"Alat pendeteksi gerakan tanah itu terpasang di Desa Taman dan Desa Kalirejo, Kecamatan Sumbermalang. Pemasangan alat pendeteksi gerakan tanah di dua desa tersebut karena rawan longsor," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Situbondo, Gatot Trikorwan di Situbondo, Kamis.
Ia menjelaskan, ekstensometer itu tidak berfungsi karena ada sebagian komponen yang rusak sehingga alat pendeteksi tersebut tidak bisa berfungsi maksimal. Akibatnya, petugas BPBD setempat tidak bisa memonitor lokasi rawan longsor di dua desa itu.
Apalagi memasuki musim hujan saat ini kesulitan untuk mendeteksi gerakan tanah di daerah rawan longsor dan, katanya, dikhawatirkan bencana tanah longsor bisa terjadi secara tiba-tiba.
"Kami berharap Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dalam hal ini Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) segera memperbaiki ekstensometer tersebut, sebagai upaya antisipasi meminimalisir dampak longsor," ujarnya, berharap.
Gatot menambahkan, pekan depan pihaknya akan berkirim surat ke Dinas ESDM Provinsi Jatim, agar alat pendeteksi gerakan tanah segera diperbaiki.
"Selain Desa Taman dan Kalirejo, di Desa Mojodungkul, Kecamatan Suboh juga berpotensi tinggi terjadi longsor dan bahkan di Dusun Kidul Gunung Desa Mojodungkul pernah terjadi keretakan tanah," paparnya.
Data diperoleh, ekstensometer didapatkan dari bantuan Dinas ESDM Provinsi Jatim pada 2014. Dan alat pendeteksi gerakan tanah itu dipasang karena daerah yang berada di lereng Gunung Argopuro dengan kemiringan 45 drajat itu rawan terjadi longsor.
Alat ekstensometer itu berguna apabila terjadi pergerakan tanah di sekitarnya dengan radius sekitar 100 meter dari pusat pergerakan, alat itu akan mengeluarkan bunyi sirine jika ada gerakan tanah.(*)