72 tahun lalu, tepat 10 November 1945 di Surabaya, Jawa Timur, Soetomo atau yang lebih dikenal Bung Tomo dengan pidatonya yang menggelegar membakar semangat Arek-arek Suroboyo berperang dengan heroik melawan pasukan dari Britania Raya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Dengan hanya berbekal senjata seadanya bambu runcing, Arek-arek Suroboyo tak gentar menghadapi Inggris untuk berperang. Dalam perang yang akhirnya menewaskan komandan perang , Brigadir Jenderal A.W.S Malaby itu dikenal sebagai salah satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.
Atas dasar itulah, setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Beragam kegiatan dilakukan seperti berkunjung ke makam pahlawan, upacara, mengheningkan cipta, dan parade di instansi pemerintahan dan sekolah-sekolah.
Berbagai kegiatan itu diharapkan mengedukasi masyarakat untuk tidak melupakan sejarah, atau kalau kata Presiden pertama Indonesia Soekarno, Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah. Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah (Jasmerah).
Namun tak cukup hanya dengan berparade atau mengheningkan cipta, pemuda bisa berperan lebih dalam memperingati Hari Pahlawan, atau malah bisa menjadi pejuang dan menjadi pahlawan, salah satunya dengan ikut berperang melawan kabar bohong atau "hoax".
Sudah menjadi rahasia umum, "hoax" menjadi salah satu masalah serius yang diperangi pemerintah. Setidaknya beberapa orang sudah ditangkap polisi karena menyebarkan "hoax" yang berujung pada ujaran kebencian.
"Hoax" yang berujung pada ujaran kebencian memang sangat berbahaya, dan bisa jadi sama berbahayanya dengan invasi Inggris setelah kemerdekaan. Ujaran kebencian akhirnya menimbulkan fitnah yang bisa mengotak-ngotakkan sendiri bangsa Indonesia.
Karena itu, pemuda bisa berperan lebih dengan menyebarkan konten-konten positif untuk menangkal "hoax" di media sosial. Dengan menyebarkan konten-konten "adem" tersebut tak hanya bisa menangkal hoax, tapi juga ujaran kebencian pada suku, ras dan agama (SARA).
Pada akhirnya dengan banyak yang menyebar konten positif, kehidupan berbangsa dan bernegara bisa lebih tentram tanpa perlu meributkan hal-hal yang tidak jelas yang disebarkan orang yang tidak bertanggung jawab. Dengan itu, pemuda bisa menjadi pahlawan, pahlawan yang berjuan melawan "hoax".
Selamat Hari Pahlawan.(*)