Kediri (Antara Jatim) - Perkembangan teknologi tidak bisa dihindari oleh pemilik UMKM, sehingga mereka harus siap menghadapi persaingan bebas dengan menjadikan e-commerce sebagai jembatan bagi produknya, kata Pendiri "Sahabat UMKM" yang juga mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko.
"E-commerce ke depannya akan menjadi jembatan bagi yang produknya bagus, tapi belum terangkat masih 'Offline' dan ke depan jadi 'Online'. Ini akhirnya mobilitas produsen dengan konsumen semakin dekat. Ini tidak bisa dielakkan dalam globalisasi ini," katanya saat acara di Kediri, Jawa Timur, Sabtu.
Ia mengatakan, kemajuan teknologi ini juga menjadikan pasar semakin terbuka, baik secara teknologi ataupun yang lain. Kondisi ini juga memicu berbagai kondisi, salah satunya bisnis yang harus bertahan.
Lebih lanjut, ia mengatakan UMKM di Kediri dan secara global di Jatim perkembangannya cukup bagus. UMKM juga cukup kreatif dan mempunyai inisiatif cukup tinggi dalam membuat karya.
Menurut dia, UMKM justru lebih bisa bertahan ketimbang perusahaan besar. Korporasi besar akan menghadapi gejolak dan tidak bisa dihindari seperti pengurangan tenaga kerja. Hal ini berbeda dengan UMKM, yang juga sebagai upaya memunculkan gelombang tenaga kerja baru.
"Saya melihat perkembangan cukup bagus dan UMKM ini ke depan solusi. Korporasi besar akan menghadapi gejolak dan ini tidak dihindari seperti halnya pengurangan tenaga kerja. Jika tidak diantisipasi dengan baik, pasti akan memunculkan kegoncangan. UMKM ini keseimbangan baru, di satu sisi akan memunculkan gelombang tenaga kerja baru tinggi ke depan," ujarnya.
Ia juga menambahkan, saat ini UMKM menuju daya saing, salah satunya bagaimana memenuhi persyaratan admnistrasi, mulai ISO, HaKI, SIUP, serta berbagai administrasi lainnya. Selain itu, produk UMKM juga harus ditingkatkan, sehingga memiliki keunggulan dan berdaya saing.
Ia mengakui, beberapa pemilik UMKM kesulitan untuk mengurus adminstrasi usaha. Untuk itu, ia mendirikan lembaga nonprofit untuk mendampingi pemilik UMKM dalam pengurusan adminstrasi usaha "Sahabat UMKM". Dalam menjalankan kegiatan itu, bekerjasama dengan badan ekonomi kreatif (Bekraf).
"Kami ingin memobilisasi UMKM, selanjutnya kami membantu mereka memenuhi persyaratan yang diperlukan, sesuai dengan standar pengurusan. Kami ingin mengakselerasi gerakan UMKM," ujarnya.
Ia juga menyerahkan sepenuhnya pada pemilik UMKM apakah dibuat PT ataupun CV. Hal itu juga disesuaikan dengan modal usaha mereka serta proyeksi usaha mereka.
Hingga saat ini, tambah dia, jumlah UMKM yang tergabung sekitar 380 UMKM di seluruh Indonesia. Mereka juga terdiri dari berbagai macam usaha. Perkembangan usaha mereka juga terus dipantau, sebagai upaya memastikan usaha itu terus berkembang.
"Kami terus memberi penguatan, misalnya yang belum punya HaKI (Hak atas kekayaan intelektual), SIUP, itu yang kami kejar. Jika terpenuhi, akan lebih mudah ke depannya," kata Moeldoko berharap. (*)