Malang, 6/10 (Antara) - Generasi "Kendedes" yang akhir-akhir ini kian santer dibicarakan dan mulai muncul melalui banner maupun spanduk yang terpasang di sejumlah lokasi, bakal meramaikan bursa pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Malang 2018.
Generasi Kendedes, yakni dua nama yang tidak asing lagi bagi publik di Kota Malang, Ya'qud Ananda Qudban (politikus Partai Hanura) dan Ashanty (artis) terus didengungkan dan terpasang dalam satu frame pasangan bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Malang periode lima tahun ke depan.
"Munculnya nama-nama populer ini bukan tanpa alasan. Keduanya memiliki latar belakang pendidikan yang sangat bagus dan mereka juga aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, kami tidak ragu untuk menyandingkan keduanya dalam bursa pilkada tahun depan," kata Sekretaris DPD PAN Kota Malang Dito Arief di Malang, Jawa Timur, Jumat.
Dito mengemukakan Ketua DPP PAN Zulkifli Hasan, merekomendasikan nama Ashanty dalam bursa Pilkada Kota Malang. Ashanty juga bukan figur tanpa latar belakang yang bagus. Saat ini Ashanty sedang menempuh pendidikan magister (S-2).
Sedangkan Ya'qud Ananda Qudban, kata Dito, adalah politikus yang bergelar doktor dari Universitas Brawijaya dan kiprahnya sebagai wakil rakyat sangat dekat dengan rakyat kecil. Sehingga, "duet" dua bidadari cantik yang mengusung label "Generasi Kendedes" itu diprediksi mampu mengoyak dominasi petahana, Moch Anton, yang diusung PKB dan sejumlah partai lainnya.
Jumlah kursi pengusung Ya'qud Ananda Qudban dan Ashanty di DPRD Kota Malang sebagai syarat pengajuan pasangan calon untuk ikut serta dalam Pilkada sudah mencukupi, yakni 10 kursi. Rinciannya, PAN memiliki 4 kursi, Hanura 3 kursi dan PKS 3 kursi.
Tiga partai yang membentuk poros "Harapan Sejahtera" (Hanura, PAN dan Partai Keadilan Sejahtera) itu menjadi kekuatan tersendiri dan siap meruntuhkan dominasi petahana di Pilkada mendatang. Kemunculan dua "bidadari" itu akan sedikit mengubah peta politik Kota Malang menjelang Pilkada 2018.
Namun demikian, lanjut Dito, kondisi perpolitikan di Kota Malang masih angat "cair" dan kondusif, meski segala kemungkinan bisa saja terjadi. "Semua kemungkinan masih bisa saja terjadi dan berubah. PAN bisa saja mendukung calon petahana atau mengusung calon sendiri dan berkoalisi dengan sejumlah partai," ujarnya.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr Wahyudi belum lama ini mengemukakan pesona Ken Dedes sebetulnya lebih kuat di Malang dibandingkan dengan Ken Arok. Jadi, dalam konteks politik, calon perempuan akan semakin diperhitungkan di ajang Pilkada Kota Malang dan kesuksesan Dewanti Rumpoko di Kota Batu bisa menjadi titik awalnya.
Menurut dia, Malang adalah Ken Dedes. Figur serta pesonanya lebih kuat dibanding Ken Arok, dalam konteks politik ini bisa menjadi kekuatan dalam pilkada. Sosok perempuan dalam kancah politik juga kinerja di legislatif dan eksekutif saat ini tidak bisa dilihat sebelah mata.
Bahkan, lanjutnya, berdasarkan asil penelitian, para anggota legislatif perempuan di DPR RI dan berbagai lembaga di daerah lebih banyak berperan dan menjadi penentu. "Ada bukti kongkretnya jika politikus perempuan selalu tampil sebagai equalizer (penyeimbang) saat politikus laki-laki sedang berseteru, mereka selalu tampil untuk menyelesaikan masalah, dan ditataran eksekutif, peran perempuan juga sangat baik," ujarnya.
Dan, kata Wahyudi, saat ini perempuan hanya membutuhkan ruang untuk berkreasi dalam tataran eksekutif atau legislalatif. Politikus perempuan memiliki kelebihan dalam menjalankan tugas di lembaga pemerintah atau DPRD.
"Dalam konteks pilkada, saya kira Kota Malang yang dikenal sebagai kota pendidikan dan dinamika masyarakatnya sangat bagus, calon perempuan akan mudah diterima, namun tetap memperhatikan kapabilitas dan kemampuannya," tuturnya.
Kekuatan duo srikandi dalam pilkada juga pernah dimunculkan, yakni Pilkada Kabupaten Malang. Kala itu calon petahana Rendra Kresna harus berjuang dan bekerja keras untuk memenangkan pertarungan melawan pasangan duo srikandi, Dewanti Rumpoko dan Masrifah Hadi, bahkan mampu meraup suara 44 persen dari jumlah pemilih.
Menanggapi munculnya banner dirinya yang disandingkan dengan Ashanty dalam Pilkada Kota Malang mendatang, Ya'qud Ananda Qudban mengaku tidak tahu menahu. "Saya tidak tahu kalau banner yang bergambar dirinya bersama Ashanty sudah menyebar dan terpasang di berbagai lokasi," ucapnya.
Di Kota Malang pun bisa saja terjadi jika duo Ken Dedes yang mulai dimunculkan itu mencalonkan diri dan menghadang laju kekuatan calon petahana yang diusung PKB.(*)
Duo "Kendedes" Siap Bertarung dalam Pilkada Kota Malang
Jumat, 6 Oktober 2017 12:12 WIB