Surabaya (Antara Jatim) - Pameran produk-produk unggulan usaha kecil menengah (UKM) Jawa Timur
(Jatim) Fair 2017 di Surabaya meraup omzet senilai Rp750 miliar lebih
pada saat pembukaan, Kamis sore, kata gubernur setempat.
Gubernur Jatim Soekarwo menyebut omzet Rp750 miliar itu diperoleh
hanya dalam tenggang waktu sekitar satu jam sebelum pembukaan
berlangsung.
"Pedagang baru buka dasar dan sampai pada saat pembukaan sore hari
ini omzetnya sudah mencapai Rp750 miliar lebih," ujarnya.
Jatim Fair 2017 berlangsung selama 10 hari, mulai tanggal 5 hingga
15 Oktober, di Grand City Convex Surabaya, merupakan penyelenggaraan
tahun ke delapan sebagai rangkaian dari peringatan Hari Jadi Provinsi
Jawa Timur.
"Tahun ini kami menyediakan sekitar 567 stan dan semuanya penuh terisi," ucap Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo itu.
Pesertanya tak hanya dari para pelaku UKM dari seluruh kabupaten/
kota di Jawa Timur, melainkan juga diikuti oleh pelaku UKM dari berbagai
daerah se- Indonesia.
Tak cuma itu, dia menambahkan, sejumlah perwakilan dari beberapa
negara juga turut ambil bagian mengenalkan produk-produk unggulannya di
Jatim Fair 2017, di antaranya dari Selandia Baru, Jepang dan China.
Gubernur Soekarwo menjelaskan, selama delapan kali penyelenggaraan
Jatim Fair telah dikonsep sebagai sarana perdagangan, sekaligus belanja
hiburan dan rekreasi keluarga.
"Ruang terbuka di Grand City Convex juga kami manfaatkan untuk
menyuguhkan hiburan dengan menghadirkan artis-artis dari Ibu Kota
Jakarta," katanya.
Konsep ini, lanjut dia, terbukti efektif menjadi tempat bertemunya
penjual dan pembeli dari seluruh Indonesia dan bebebrapa negara peserta
lainnya yang berkelanjutan.
Dalam artian transaksi mereka tidak hanya berhenti di ajang Jatim
Fair ini saja. Melainkan bisa terus berkesibambungan melalui sistem
perdagangan elektronik.
Dalam pembukaan yang dihadiri Menteri Perdagangan Engartiasto
Lukito, Gubernur Soekarwo mendorong agar konsep perdagangan Jatim Fair
dapat dikelola oleh pemerintah pusat sehingga menjadi perdagangan
internasional.
"Karena tidak mungkin model perdagangan Jatim Fair ini hanya
dikelola di Jawa Timur. Harus dikelola secara nasional dan digelar di
banyak kota lainnya di Indonesia," tuturnya.
Menteri Perdagangan Engartiasto Lukito menyambut positif ajakan tersebut.
"Saya sudah dua kali ini menghadiri pembukaan Jatim Fair. Saat
menghadiri pembukaan yang pertama tahun lalu, saya sudah sampaikan
kepada Pak De Karwo akan mengadopsi Jatim Fair di daerah lainnya.
Sekarang sudah ada restu dari Gubernur Soekarwo agar Kementerian
Perdagangan mendorong digelarnya pameran-pameran yang serupa Jatim Fair
di daerah lain dan akan segera kami laksanakan," katanya.
Menteri Engartiasto menyebut Jatim Fair sebagai tempat bertemunya
penjual dan pembeli terbukti ampuh dapat memutus mata rantai "suplai dan
demand" yang selama ini menyebabkan terjadinya kelangkaan suatu barang
kebutuhan pokok pada daerah lain.
"Karena antara penjual dan pembeli yang bertemu di Jatim Fair ini
terus berkomunikasi meski ajang pameran telah usai. Dengan begitu
keseimbangan `suplai dan demand' bisa terus terjaga, sehingga kelangkaan
barang kebutuhan di suatu daerah bisa diantisipasi jika banyak
pameran-pameran yang serupa Jatim Fair digelar di banyak daerah
lainnya," ucapnya. (*)
(Jatim) Fair 2017 di Surabaya meraup omzet senilai Rp750 miliar lebih
pada saat pembukaan, Kamis sore, kata gubernur setempat.
Gubernur Jatim Soekarwo menyebut omzet Rp750 miliar itu diperoleh
hanya dalam tenggang waktu sekitar satu jam sebelum pembukaan
berlangsung.
"Pedagang baru buka dasar dan sampai pada saat pembukaan sore hari
ini omzetnya sudah mencapai Rp750 miliar lebih," ujarnya.
Jatim Fair 2017 berlangsung selama 10 hari, mulai tanggal 5 hingga
15 Oktober, di Grand City Convex Surabaya, merupakan penyelenggaraan
tahun ke delapan sebagai rangkaian dari peringatan Hari Jadi Provinsi
Jawa Timur.
"Tahun ini kami menyediakan sekitar 567 stan dan semuanya penuh terisi," ucap Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo itu.
Pesertanya tak hanya dari para pelaku UKM dari seluruh kabupaten/
kota di Jawa Timur, melainkan juga diikuti oleh pelaku UKM dari berbagai
daerah se- Indonesia.
Tak cuma itu, dia menambahkan, sejumlah perwakilan dari beberapa
negara juga turut ambil bagian mengenalkan produk-produk unggulannya di
Jatim Fair 2017, di antaranya dari Selandia Baru, Jepang dan China.
Gubernur Soekarwo menjelaskan, selama delapan kali penyelenggaraan
Jatim Fair telah dikonsep sebagai sarana perdagangan, sekaligus belanja
hiburan dan rekreasi keluarga.
"Ruang terbuka di Grand City Convex juga kami manfaatkan untuk
menyuguhkan hiburan dengan menghadirkan artis-artis dari Ibu Kota
Jakarta," katanya.
Konsep ini, lanjut dia, terbukti efektif menjadi tempat bertemunya
penjual dan pembeli dari seluruh Indonesia dan bebebrapa negara peserta
lainnya yang berkelanjutan.
Dalam artian transaksi mereka tidak hanya berhenti di ajang Jatim
Fair ini saja. Melainkan bisa terus berkesibambungan melalui sistem
perdagangan elektronik.
Dalam pembukaan yang dihadiri Menteri Perdagangan Engartiasto
Lukito, Gubernur Soekarwo mendorong agar konsep perdagangan Jatim Fair
dapat dikelola oleh pemerintah pusat sehingga menjadi perdagangan
internasional.
"Karena tidak mungkin model perdagangan Jatim Fair ini hanya
dikelola di Jawa Timur. Harus dikelola secara nasional dan digelar di
banyak kota lainnya di Indonesia," tuturnya.
Menteri Perdagangan Engartiasto Lukito menyambut positif ajakan tersebut.
"Saya sudah dua kali ini menghadiri pembukaan Jatim Fair. Saat
menghadiri pembukaan yang pertama tahun lalu, saya sudah sampaikan
kepada Pak De Karwo akan mengadopsi Jatim Fair di daerah lainnya.
Sekarang sudah ada restu dari Gubernur Soekarwo agar Kementerian
Perdagangan mendorong digelarnya pameran-pameran yang serupa Jatim Fair
di daerah lain dan akan segera kami laksanakan," katanya.
Menteri Engartiasto menyebut Jatim Fair sebagai tempat bertemunya
penjual dan pembeli terbukti ampuh dapat memutus mata rantai "suplai dan
demand" yang selama ini menyebabkan terjadinya kelangkaan suatu barang
kebutuhan pokok pada daerah lain.
"Karena antara penjual dan pembeli yang bertemu di Jatim Fair ini
terus berkomunikasi meski ajang pameran telah usai. Dengan begitu
keseimbangan `suplai dan demand' bisa terus terjaga, sehingga kelangkaan
barang kebutuhan di suatu daerah bisa diantisipasi jika banyak
pameran-pameran yang serupa Jatim Fair digelar di banyak daerah
lainnya," ucapnya. (*)