Surabaya (Antara Jatim) - Sekjen Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI) Isdarmawan Asrikan mengemukakan permintaan kopi untuk pasar dalam maupun luar negeri cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena tumbuhnya konsumsi masyarakat.
"Ada kecenderungan meningkat baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor," kata Isdarmawan Asrikan yang juga eksportir kopi itu, di Surabaya, Kamis.
Peningkatan permintaan kopi di dalam negeri, menurut dia, sangat dirasakan para produsen kopi seiring tumbuhnya warung kopi di Tanah Air.
"Data riil kita memang belum ada. Tapi, kami merasakan sekali tumbuhnya permintaan itu. Indikator yang bisa dilihat adalah tumbuhnya warung kopi baik warung kopi kaki lima hingga hotel bintang lima," tuturnya.
Selain itu, peningkatan itu itu juga didorong sejumlah pihak yang berperan aktif memasyarakatkan minum kopi melalui festival-festival seperti Festival Kopi Blitar, Festival Kopi Bondowoso, Festival Kopi di Wonosobo, Festival Kopi Malang dan lainnya.
Sedangkan permintaan pasar ekspor kini juga cenderung meningkat yang diindikasikan dengan tumbuhnya permintaan pasar kopi di pasar tradisional seperti Amerika Serikat dan Jepang serta pasar non-tradisional, khususnya Eropa timur.
Isdarmawan mencontohkan, permintaan pasar ekspor terhadap kopi dari Jatim yang biasanya hanya sekitar 60 ribu ton per tahun, kini mencapai 78 ribu ton per tahun.
Produksi kopi dari Jatim sendiri sekitar 50 ribu ton per tahun, sedangkan untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri, eksportir biasanya mendatangkan kopi dari Bali, Flores dan Sumatera.
Dengan tumbuhnya permintaan kopi, maka harga kopi robusta di tingkat petani di Jatim juga nisbi tinggi yakni berkisar Rp28 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram.
Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian, Indonesia merupakan produsen kopi terbesar keempat setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia dengan produksi sekitar 650 ribu ton. Sedangkan ekspor kopi Indonesia sekitar 500 ribu ton.
Kendati begitu, tingkat konsumsi kopi nasional baru sebesar 1,1 kilogram per kapita per tahun. Volume konsumsi itu masih di bawah negara-negara pengimpor kopi seperti Amerika Serikat (AS) yang mencapai 4,3 kilogram per kapita dan Jepang sebanyak 3,4 kilogram per kapita.
Karena itu, pemerintah menargetkan dalam beberapa waktu ke depan konsumsi kopi nasional bisa mencapai sekitar 1,5 kilogram per kapita per tahun.
Isdarmawan menambahkan pada 1 Oktober mendatang akan diperingati Kopi Internasional yang dipusatkan di Lampung. "Selain di daerah-daerah, peringatan Hari Kopi Internasional secara nasional akan dipusatkan di Lampung," katanya. (*)
