Kediri (Antara Jatim) - Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan Kota Kediri menargetkan pada 2019 sudah mempunyai tempat pembuangan sampah baru, menyusul dua tempat penampungan yang lama sudah mulai penuh.
"Ini persoalan sampah harus dibangun pada 2019. Ini yang baru sudah mulai naik, setinggi 1 meter. Jadi, 2018 harus sudah mulai proses pembebasan," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan Kota Kediri Didik Catur di Kediri, Rabu.
Ia mengatakan, pemerintah kota memang sudah mempunyai rencana untuk penempatan tempat pembuangan akhir (TPA) yang baru. Lokasinya juga tidak jauh dari tempat penampungan sebelumnya, di Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Untuk saat ini, pemkot masih merancang dan mengalkulasi untuk kebutuhan lahan.
Lahan yang dibutuhkan, kata dia, sekitar 5-7 hektare. Lahan tersebut ada yang milik warga, sehingga ketika akan digunakan sebagai TPA baru, harus melakukan pembelian lahan warga. Namun, berapa harga yang diberikan, hingga kini juga masih dibahas.
"Kami akan bebaskan sekitar 5-7 hektare lahan. Itu juga ada lahan milik warga, jadi nanti harus tetap pakai hitungan," ujarnya.
Didik menambahkan, persoalan sampah di Kota Kediri tidak bisa dianggap remeh. Kota Kediri sebelumnya sudah punya dua TPA di Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Satu TPA sudah dinyatakan tidak aktif, dan TPA II dibangun memanfaatkan lahan di sebelahnya.
TPA II, yang baru tersebut dibangun dari dana APBN dengan menggunakan sistem "Sanitary Renvill"e dalam proses pengolahan sampahnya, sehingga TPA itu bisa dimanfaatkan lebih lama. TPA II itu memanfaatkan lahan seluas 2,1 hektare. Di lokasi itu, juga sudah dipasang geotekstil, sehingga bisa mencegah air lindi dari sampah tidak meresap di tanah.
Di TPA II tersebut juga dipasang pipa khusus yang nantinya bisa mengalirkan air lindi, yang dihasilkan dari pemaparan air hujan pada timbunan sampah. Air itu ditampung di kolam khusus instalasi pengolah limbah (IPL) yang lokasinya juga berseberangan dengan tempat pembungan sampah.
Nantinya, di IPL itu air lindi akan diolah sedemikian rupa, termasuk dialirkan ke tempat penyaring air lindi. Di tempat itu, dibuat dengan konstruksi sebagai penyaring yang terdiri dari batu gunung, kerikil, pasir, dan tanah. Di atasnya juga diberi tumbuhan.
Untuk daya tampung, ia mengatakan dengan volume sampah yang ada dimungkinkan bisa sampai lima tahun. Namun, dengan pengelolaan yang lebih baik, diperkirakan daya tampung bisa lebih dari jumlah itu.
Didik menambahkan, di Kota Kediri volume sampah yang dihasilkan mencapai 124 ton per hari dari berbagai tempat. Sampah dihasilkan dari rumah tangga, perhotelan, rumah makan maupun industri di kota ini.
Didik menyebut, berbagai upaya sebenarnya telah dihasilkan untuk mengurangi volume sampah, di antaranya dengan mengolah sampah. Selain menjadi kompos, sampah juga bisa diolah menjadi gas metan yang dimanfaatkan warga sekitar untuk memasak. Mereka bisa mengurangi pengeluaran, membeli tabung elpiji untuk keperluan memasak.
"Masyarakat di bank sampah juga mengolah dan membutuhkan watu 18-20 hari mengubah sampah menjadi kompos. Untuk gas metan, itu dampak dari TPA, selama sampah aktif gas ada. Sampah bisa menghasilkan gas, tapi lama-lama akan habis sebab itu buatan," kata Didik. (*)