Surabaya (Antara Jatim) - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Wilayah Surabaya berupaya menekan laju kredit bermasalahnya semester II/2017, karena semester sebelumnya mengalami kenaikan 2,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016 yang tercatat hanya 2,1 persen.
Kepala Bagian Bisnis Perbankan BNI Wilayah Surabaya Andhina Budianie di Surabaya, Jumat mengatakan naiknya "non performing loan" (NPL) atau kredit bermasalah akibat lesunya permintaan besi baja dari pasar dunia, sehingga berimbas melonjaknya NPL dan beberapa debitur mengalami gagal bayar.
"Sektor pengolahan baja mengalami kelesuan, dan salah satu debitur besar mengalami gagal bayar akibat lesunya permintaan baja di pasar dunia khususnya China. Ini tentunya berpengaruh terhadap NPL," katanya.
Untuk itu, kata Andhina, pada semester II/2017 BNI Wilayah Surabaya akan mendorong penyaluran kredit ke beberapa sektor lain untuk menekan tingginya NPL, seperti sektor industri pengolahan yang berhubungan dengan pakaian, industri makanan dan minuman serta pengolahan hasil laut.
"BNI Wilayah Surabaya yang membawahi area Jatim bagian utara juga akan menggenjot penyaluran kredit di sektor infrastruktur serta kredit konsumer," katanya.
Andhina optimistis target penyaluran kredit sebesar Rp21,6 triliun pada 2017 akan tercapai, sebab target itu tumbuh 23 persen dibanding periode akhir tahun 2016.
"Meski beberapa sektor industri pengolahan tahun ini mengalami perlambatan, seperti batubara dan 'crude palm oil' (CPO) akibat menurunya permintaan negara tujuan ekspor, namun kami tetap optimistis mampu mencapai target penyaluran kredit," katanya.(*)