Surabaya (Antara Jatim) - Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo ) Jatim, April Wahyu Widati menyebutkan pertumbuhan ritel modern di wilayah setempat turun pascalebaran dari 15 persen menjadi sekitar 7 sampai 8 persen, karena Idul Fitri 1438 Hijriah bersamaan tahun ajaran baru.
"Dulu konsumen belanja apa sesuai yang diinginkan. Bahkan kalau belanja tidak cukup satu buah, tapi sekarang mereka membeli sesuai yang diperlukan, artinya pembeli saat ini sangat selektif terhadap barang pembelian," kata April di Surabaya, Senin.
April menyebut, tahun 2017 merupakan masa sulit bagi industri ritel di semua jaringan, mulai dari pasar modern hingga pasar swalayan atau minimarket.
"Kalau minimarket ada pertumbuhan tapi lebih disebabkan adanya penambahan outlet, dan bukan murni sales," katanya.
Sebelumnya, kata April, setiap momen Lebaran industri ritel memberikan kontribusi ke pendapat wilayah setempat sekitar 15 persen, namun sampai pertengahan Juni atau dua minggu menjelang Lebaran penjualan di minimarket hanya tumbuh 7-8 persen.
"Untuk ritel berforma pasar modern seperti hypermarket bahkan mengalami minus. Jika tahun 2016 pada H-7 Lebaran penjualan meningkat hingga 30 persen, tahun ini tidak lagi terjadi," katanya.
Selain bersamaan dengan tahun ajaran baru, kata April, turunnya industri ritel juga karena adanya perubahan pola konsumsi dari belanja apa yang diinginkan menjadi selektif belanja apa yang dibutuhkan.
April menyebut, industri ritel di Jatim masih berharap momen Natal dan Tahun Baru akan ada peningkatan dan bisa menggenjot penjualan.
"Meski kami sadari kontribusinya tidak akan sebesar Lebaran, namun semua format ritel tetap berharap penjualan akan kembali meningkat," katanya.(*)