Jakarta (Antara) - Para dosen dan mahasiswa, serta undangan yang hadir di ruangan di Roma, Italia menggoyangkan alat musik dari bambu, angklung, mengikuti panduan notasi tangan seorang perempuan Indonesia yang mengenakan kebaya dipadukan kain batik.
Pemandangan ini menjadi bagian dari Festival del Turismo Sostenibile atau Festival Pariwisata Berkelanjutan yang diselenggarakan Fakultas Teknik Universitas Tor Vergata Roma, demikian pejabat Penerangan dan Sosial-Budaya Kedutaan Besar Indonesia di Roma, Aisyah Allamanda, Rabu.
Dalam kesempatan tersebut, alat musik asli Indonesia yang telah dinobatkan sebagai warisan budaya tak benda dunia oleh UNESCO pada 2010 ini dipertunjukkan secara apik oleh kelompok angklung La Campania dari Kedutaan Besar Indonesia di Roma, pimpinan Junita Artati Alwi.
Lagu Kambanglah Bungo, Que Sera Sera hingga O Sole Mio dibawakan secara rancak hingga membuat meriah suasana.
Kelompok angklung beranggotakan warga dan diaspora Indonesia yang ada di Roma ini masih baru terbentuk. Meski demikian, kepiawaian dalam membawakan lagu populer dengan angklung berhasil memeriahkan suasana malam itu. Permainan angklung secara interaktif mampu membuat hadirin tertarik untuk mengenal alat musik ini lebih mendalam.
Mereka sangat terkesan, terlebih saat memperoleh kesempatan belajar memainkan angklung bersama pada lagu O Sole Mio. Bahkan, selepas pertunjukan, berbagai tawaran bermain angklung dalam kesempatan lainnya diajukan Kedutaan Besar Indonesia di Roma.
Universitas yang dinobatkan sebagai salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Roma ini secara khusus meminta KBRI Roma untuk menampilkan seni budaya tradisi Indonesia. Angklung pun dipilih karena alat musik ini dibuat dari material alami dengan proses yang ramah lingkungan, sejalan dengan konsep promosi pariwisata berkelanjutan.
Selain angklung, KBRI Roma menampilkan pertunjukan Tari Pendet dari Bali yang dibawakan dengan gemulai oleh mahasiswa Indonesia di Roma. Kostum tari yang unik, eksotisme gerak tarian serta musik gamelan memukau undangan. Di penghujung acara, hadirin disuguhkan kudapan khas Indonesia serta tayangan video promosi keindahan alam dan kekayaan budaya Nusantara.
Guru besar Fakultas Teknik Universitas Tor Vergata, Profesor Angelaccio, menyatakan kekagumannya terhadap seni budaya Indonesia. Menurut Angelaccio, keragaman budaya tradisi yang dilestarikan secara turun temurun menjadi kekuatan tersendiri dalam mempromosikan sektor pariwisata Indonesia.
Konser seni budaya Indonesia ini diawali dengan penampilan musik barok Eropa khas abad ke-17, oleh Luigi Tufano dan kawan-kawan yang tampil menawan dengan permainan harpsichord, flute, dan violincelo.
Kelestarian musikal dan instrumen periode renaissance terekam baik dalam komposisi dari Girolamo Frescobaldi, Joseph Bodin de Boismortier dan Leonardo Vinci. Musik barok yang menjadi cikal bakal instrumen klasik ini menjadi simbol pariwisata berkelanjutan.
Serangkaian kegiatan festival berlangsung selama dua hari pada tanggal 5 dan 6 Juni, panel-panel yang terdiri dari praktisi dan pakar pariwisata berkelanjutan Italia membahas strategi mewujudkan sistem usaha wisata yang ramah lingkungan dan sekitar.
Upaya promosi seni budaya dan kuliner Indonesia di Italia gencar dilaksanakan KBRI Roma melalui berbagai kegiatan guna menjaring lebih banyaknya wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia.
Saat ini, jumlah turis Italia menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, namun masih banyak ruang yang dapat dimanfaatkan guna menjadikannya pasar utama wisatawan mancanegara ke Indonesia. (*)