Surabaya (Antara Jatim) – Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) mengenalkan pendekatan baru untuk membangun kesadaran masyarakat di bidang kesehatan melalui program yang dinamakan gerakan sahabat keluarga (SAGA).
"Sebanyak 199 mahasiswa yang terbagi ke dalam enam kelompok terjun langsung menangani 55 kepala keluarga (KK) untuk mengenalkan program tersebut kepada masyarakat," kata Dekan FIK UMSurabaya Mundakir di Surabaya, Senin
Mundakir menjelaskan, ini adalah pertama kali program SAGA turun di masyarakat yakni di Kelurahan Bulak Banteng, Kecamatan Kenjeran, Surabaya. Sebelum turun, lanjut dia, mahasiswa terlebih dahulu melakukan identifikasi masalah kesehatan di masyarakat.
"Ini gerakan kolaborasi dan sinergis antara kampus dengan kelompok masyarakat,” kata dia.
Dia menjelaskan, dalam proses identifikasi masalah kesehatan di Kelurahan Bulak Banteng, mahasiswa UM Surabaya menemukan tiga hal pokok.
"Pertama adalah gizi buruk, kemudian masalah orang lanjut usia (lansia) dan anak remaja, hingga ibu hamil hingga melahirkan. Setelah diketahui problemnya, selanjutnya kami beri intervensi," ujarnya.
Intervensi tersebut, lanjut Mundakir, berupa program-progam mahasiswa yang bisa diaplikasikan ke tengah-tengah masyarakat. Dia menyebut beberapa inovasi mahasiswa yang bisa diterapkan, antara lain olahan puding dan bubur dari jagung untuk anak gizi buruk.
Selain itu ada inovasi permainan kreatif untuk anak sehat, serta cara penjernihan minyak jelantah dari limbah dapur rumah tangga.
"Tujuannya memang bisa diaplikasikan ke masyarakat. Biar tidak menumpuk di jurnal-jurnal," tuturnya.
Dengan begitu, perilaku hidup sehat bisa dimulai dari lingkungan keluarga. Mundakir mengatakan, program ini bisa mendukung program Nawa Cita Presiden Joko Widodo, yakni Indonesia Sehat di tahun 2020.
Sementara itu, Mahasiswa D3 Analis Kesehatan Eriana Yuniara Frastika menjelaskan, untuk mendukung program SAGA, dirinya membuat inovasi penjernihan minyak jelantah menggunakan limbah dapur.
"Bahan yang digunakan bisa dari kulit wortel, batang serai, atau bonggol nanas. Tiga bahan ini bisa dicampur atau digunakan sendiri-sendiri," katanya.
Dia mengatakan, proses membuatnya cukup mudah. Bila menggunakan kulit wortel atau batang serai, cukup dipotong kecil-kecil selanjutnya dikeringkan. Tiap 100 mililiter minyak jelantah hanya butuh 25 miligram bahan limbah. Setelah dicampur langsung dimasukan ke dalam wadah dan ditutup rapat.
"Kemudian simpan selama tiga hari dari tempat yang jauh dari sinar matahari. Setelah tiga hari, minyak tersebut disaring. Warnanya akan menjadi jernih dan tidak lagi berbau tengik," ucapnya.
Eriana menjelaskan juga cara menjernihkan minyak jelantah menggunakan bonggol nanas. Bonggol nanas itu pertama-tama harus diparut. Hasil parutan kemudian diperas.
"Hanya diambil sarinya saja. Proses penjernihan hampir sama dengan menggunakan kulit wortel atau batang serai," kata dia.
Dia mengungkapkan, minyak jelantah hasil penjernihan menggunakan bahan limbah dapur bisa digunakan kembali sebanyak dua kali. "Sebenarnya maksimal cukup satu kali. Tapi, bisa juga sampai dua kali," ujarnya.(*)
Mahasiswa UMS Kenalkan Program "SAGA" pada Masyarakat
Senin, 22 Mei 2017 17:47 WIB
"Sebanyak 199 mahasiswa yang terbagi ke dalam enam kelompok terjun langsung menangani 55 kepala keluarga (KK) untuk mengenalkan program tersebut kepada masyarakat," kata Dekan FIK UMSurabaya Mundakir di Surabaya, Senin