Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Kota Surabaya mengapresiasi pengelolaan sampah yang dilakukan Pasar Induk Osowilangun (PIOS) secara mandiri sehingga menjadi contoh pasar-pasar lain di Surabaya.
Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Pemerintah Kota Surabaya Wisnu Wibowo, di Surabaya, Rabu, mengatakan saat ini pihaknya bekerja sama dengan 15 pasar di Kota Surabaya untuk melakukan pemilahan sampah supaya lebih berkurang.
"Salah satu pasar yang menjadi percontohan adalah Pasar Induk Osowilangun. Disamping itu juga ada Pasar Wonokromo dan Pasar Kapaskrampung," katanya.
Bahkan, ia memastikan ada peraturan daerah pasal peralihan yang mewajibkan bahwa pengelola kawasan seperti kawasan pemukiman, kawasan industri, kawasan komersial dan sebagainya wajib membuat pengelolaan sampah, minimal pemilahan.
"Jadi, kami harapkan pengembangan perumahan dan mal memiliki pengelohan sampah masing-masing," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, pengelolaan sampah di PIOS itu juga ada bank sampah yang dikelola sendiri oleh para pedagang. Hasil dari bank sampah itu nantinya dibuat untuk bayar sewa stan pedagang masing-masing, sehingga sampah itu juga bisa menghasilkan uang.
"Yang paling penting di sini adalah para pedagang itu bisa melihat sampah bukan hanya untuk sekadar dibuang, tapi juga bisa diambil manfaatnya," katanya.
Oleh karena itu, lanjut dia, pihaknya mengapresiasi pengelolaan sampah yang dilakukan oleh PIOS. Bahkan, ia berharap pasar-pasar lainnya bisa melihat kemudian meniru pengelolahan sampah yang dilakukan oleh PIOS.
General Manager PIOS, Rahayu Trissila, sebelumnya mengatakan saat ini sampah organik yang dihasilkan dari 70 pedagang di PIOS sebanyak 6 Ton perhari dari Blok A sampai H. Sampah organik itu pun dicacah, sehingga mereka bisa menekan sampah yang dibuang ke Pembuangan Akhir Sampah di Benowo.
"Perharinya sekitar 2 ton sampah bisa diolah, dengan dipisahkan antara endapan dan air lindihnya yang fungsinya untuk campuran pupuk oleh Dinas Pertamanan dan Terbuka Hijau," ujarnya.
Setelah dicacah dengen mesin pencacah sampah, langsung dipilah endapannya, sedangkan air lindih dari sampah langsung masuk ke tabung air yang telah kita sediakan. Setelah terpilah antara endapan dan air lindih, petugas dari Dinas Pertamanan dan Terbuka Hijau Kota Surabaya mengambilnya untuk dijadikan salah satu bahan pupuk organik.
Dengan ini, pihak PIOS mengaku bisa menghemat biaya pembuangan sampah. Sisanya 4 ton dibuang ke TPA Benowo. Jika perbulan membutuhkan Rp3,6 juta, setelah melalukan pengolahan sampah organik sebanyak 2 ton bisa melalukan penghematan.
"Dengan asumsi perkubiknya Rp6 ribu maka kita perbulannya malakukan penghematan sekitar Rp1,2 juta rupiah perbulan," ujarnya. (*)