Surabaya (Antara Jatim) - Pasar Induk Osowilangun Surabaya (PIOS) menjadi pasar grosir percontohan untuk daerah lain dalam hal pengelolaan sampah organik yang dilakukan secara mandiri.
General Manager PIOS, Rahayu Trissila, di Surabaya, Selasa, mengatakan sejak PIOS mulai dibuka 2014 telah menjadi satu-satu pengelola pasar grosir swasta yang ditunjuk oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam hal penanganan sampah secara mandiri.
"Untuk pengolahan sampah organik dengan diberi bantuan mesin pencacah sampah oleh Pemkot Surabaya," katanya.
Trissila mengaku saat ini sampah organik yang dihasilkan 70 pedagang di PIOS sebanyak 6 Ton perhari dari Blok A sampai H. "Dalam sehari sampah organik kita sebanyak 6 ton," ujarnya.
Ia mengaku dengan adanya bantuan 1 unit mesin pencacah sampah maka PIOS bisa menerapkan progam 3 R (Reduce,Reuse and Recycle). PIOS bisa menekan sampah yang dibuang ke Pembuangan Akhir Sampah di Benowo.
Kini, kata dia, perharinya sekitar 2 ton sampah mampu diolah secara mandiri oleh PIOS dengan memperkerjaaan sekitar 8 orang pegawai. "Perharinya sekitar 2 ton sampah bisa diolah, dengan dipisahkan antara endapan dan air lindihnya yang fungsinya untuk campuran pupuk oleh Dinas Pertamanan dan Terbuka Hijau Surabaya," ujarnya.
Trissila menjelaskan dalam proses pencacahan sampah organik sebanyak satu ton hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. "Setelah sampah dicacah dengen mesin pencacah sampah, langsung kita pilah endapannya sedangkan air lindih dari sampah langsung masuk ke tabung air yang telah kita sediakan," ujarnya.
Setelah terpilah antara endapan dan air lindih, petugas dari Dinas Pertamanan Kota Surabaya mengambilnya untuk dijadikan salah satu bahan pupuk organik.
Dengan ini, pihak PIOS mengaku bisa menghemat biaya pembuangan sampah. Sisanya 4 ton dibuang ke TPA Benowo. Jika perbulan membutuhkan Rp3,6 juta, setelah melalukan pengolahan sampah organik sebanyak 2 ton bisa melalukan penghematan.
"Dengan asumsi perkubiknya Rp6 ribu maka kita perbulannya malakukan penghematan sekitar Rp1,2 juta rupiah perbulan," ujarnya.
Selain melakukan pengolahan sampah secara mandiri, PIOS juga melakukan sosialisai kepada para pedagang secara berkala untuk tertib soal kebersihan.
"Perblok ada tim yang terus memberikan sosialisasi kepada pedangang agar membuang sampah pada tempat yang kita sediakan, agar nanti petugas bisa mengambil dengan mudah," katanya.
Sementara itu, salah satu pedangang di PIOS Sutono mengaku selama berjualan buah di pasar buah di berbagai kota seperti Jakarta, Semarang dan Malang hanya merasakan di PIOS yang mengutamakan kebersihan.
"Sudah 20 tahun saya berjualan buah hanya di sini, manajemen bisa menata dengan baik soal kebersihan, khususnya sampah yang selalu menjadi masalah pasar di manapun, di sini juga tidak ada bau tak sedap," ujarnya. (*)