Surabaya (Antara Jatim) - Jajaran Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya menangkap tahanan berinisial Sa, yang pada Senin (17/4) dini hari lalu, bersama tujuh tahanan lainnya, kabur dari sel Kepolisian Sektor (Polsek) Wonokromo.
Tahanan kasus narkoba asal Kedung Rukem Surabaya ini diringkus polisi saat terlihat menggelandang di Blora, Jawa Tengah.
"Sejak awal kita terus buntuti tersangka Sa hingga ke Jepara, Jawa Tengah. Akhirnya kita tangkap di Blora," ujar Kepala Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Surabaya AKBP Roni Faisal, saat merilis hasil tangkapannya itu di Surabaya, Minggu.
Dia mengatakan perburuan Sa hingga ke Jawa Tengah melibatkan koordinasi dengan kepolisian daerah mapun resor setempat.
Dengan begitu, dari tujuh tahanan yang kabur, hingga kini tersisa satu yang masih buron, yaitu MS, tersangka kasus pencurian dan pemberatan, yang juga diyakini polisi sebagai otak pelaku yang merencanakan pelarian dari sel Polsek Tambaksari.
Enam tahanan yang kabur lainnya telah kembali meringkuk ke dalam sel.
Selain Sa, lima lainnya yang terlebih dahulu ditangkap, masing-masing berinsial R, warga Sidoarjo, tersangka kasus narkoba, F, warga Blitar, tersangka kasus penganiayaan, J, warga Surabaya, tersangka kasus pencurian.
Selain itu Sh warga Surabaya, tersangka kasus narkoba dan BS, tersangka kasus pencurian dengan pemberatan, yang juga warga Surabaya.
Saat ditunjukkan polisi kepada wartawan, Sa mengaku terlantar dan hidup tanpa tujuan selama dalam pelariannya.
Pria bertato ini mengisahkan, setelah kabur dari tahanan Polsek Wonokromo, pergi ke Sepanjang, Sidoarjo, dengan menumpang truk.
"Turun di Mojokerto untuk bertemu teman dan minta bekal. Saya dikasih Rp100 ribu," katanya.
Dengan bekal uang Rp100 ribu itulah Sa naik bus menuju Jepara. “Saya terlantar di Jepara, uang menipis, tidak punya tujuan dan famili. Semua keluarga saya kan ada di Surabaya,” ucapnya.
Selama dalam pelarian, Sa mengaku menyambung hidup dengan cara mengamen menggunaka gitar ukulele yang dimintanya dari seorang pemulung.
"Ukulele itu sudah rusak. Tapi masih bisa digunakan untuk mengamen dari warung ke warung, terminal dan stasiun di seputaran Jepara dan Blora. Hasilnya ya cuma cukup buat makan," ujarnya. (*)