"Selama menjabat Ketua Umum PBNU, beliau senantiasa mengenalkan NU ke kancah internasional. Langkah-langkah beliau dalam kapasitas sebagai tokoh Islam di dunia internasional tak bisa dimungkiri," ujarnya di Sumenep, Jawa Timur, Kamis sore.
Pada Kamis pagi pukul 06.15 WIB, mantan Ketua Umum PBNU yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI KH A Hasyim Muzadi wafat di kediamannya di kompleks Ponpes Al-Hikam Kota Malang, Jawa Timur.
"Selain Gus Dus (KH Abdurrahman Wahid), beliau adalah figur yang sulit dicari padanannya. Semoga nanti lahir Gus Dur dan Kiai Hasyim baru di Indonesia," ujarnya.
Busyro yang Ketua DPC PKB Sumenep itu menjelaskan, Kiai Hasyim merupakan salah satu figur yang telah melakukan penguatan NU secara organisatoris, baik di sisi sumber daya manusia maupun administrasi.
Selanjutnya, tata kelola NU secara organisatoris hingga ke tingkat ranting di seluruh Indonesia makin bagus.
"Secara kultural, Kiai Hasyim adalah figur yang bisa diterima oleh siapa pun dan bahasanya pun mudah dipahami. Kiai Hasyim pernah beberapa kali ke Sumenep dalam kapasitas penceramah yang diundang oleh warga," kata Busyro.
Sementara Sekretaris PCNU Sumenep, A Warits Umar merasa kehilangan sosok guru yang mengajarinya untuk ber-NU, berbangsa dan bernegara yang baik.
"Kami meyakini tidak hanya warga NU yang merasa kehilangan Kiai Hasyim. Seluruh warga Indonesia kehilangan salah satu tokoh dan guru bangsa," ujarnya.
Ia mengemukakan, PCNU Sumenep secara kelembagaan telah menginstruksikan jajarannya untuk melaksanakan shalat ghaib setelah shalat Jumat (17/3) dan tahlil sebagai bentuk penghormatan kepada Kiai Hasyim.
"Tahlil disarankan di masing-masing sekretariat MWC NU (tingkat kecamatan) dan kelompok pengajian yang dipimpin para pengurus NU," kata Warits yang juga Ketua KPU Sumenep itu. (*)