Tulungagung, (Antara Jatim) - Badan Urusan Logistik Subdivre Tulungagung, Jawa Timur mengantisipasi kendala serapan gabah tahun anggaran 2017 sebesar 55 ribu ton dengan menerapkan acuan harga yang fleksibel sesuai aturan/ketentuan yang diberakukan pemerintah.
"Bulog realistis melihat kondisi dan serapan gabah petani di pasaran, namun harus tetap sesuai ketentuan sebagaimana diatur di Inpres Nomor 5 Tahun 2015 untuk membeli gabah kering panen milik petani," kata Kepala Bulog Subdivre Tulungagung Krisna Murtiyanto di Tulungagung, Jumat.
Krisna tidak merinci strategi serapan gabah yang akan mereka lakukan pada beberapa musim panen selama kurun 2017, di wilayah kerjanya di Tulungagung, Trenggalek maupun Blitar.
Ia mengatakan, Bulog harus bersikap realistis dengan belajar kegagalan mereka mencapai target serapan gabah sebanyak 47 ribu ton gabah setara beras pada kurun 2016.
"Tahun lalu capaian bulog hanya 78 persen," ucapnya.
Krisna menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak tercapainya target serapan gabah.
Pertama, kata dia, faktor masa panen petani yang tidak bersamaan sehingga serapan tidak bisa mencapai target pada setiap tahapan waktu yang ditentukan/targetkan.
"Kedua, karena banyaknya pedagang dari luar kota yang mampu membeli gabah petani di atas harga beli oleh bulog," tuturnya.
Apabila ada daerah yang tidak panen, maka pedagang dari luar daerah akan memasuki wilayah Tulungagung, kata Krisna.
Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 5/2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, pembelian gabah kering sawah (GKS) dengan kadar air 25 persen dan hampa kotoran 10 persen ditetapkan harga Rp3.700 per kilogram dari petani, dan jika di penggilingan, harganya Rp 3.750 per kilogram.
Sedangkan pembelian gabah kering giling (GKG) dengan kadar air 14 persen hampa kotoran tiga (3) persen harganya ditetapkan Rp4.650 per kilogram.
"Namun, kenyataan di lapangan pedagang dari luar daerah berani membeli dengan harga Rp3.800 sampai Rp3.900 per kilogramnya untuk gabah kering panen. Hal inilah yang membuat petani memilih untuk menjual gabahnya kepada pihak selain bulog," papar Krisna.
Krisna menambahkan untuk tahun 2017 ini Bulog Tulungagung menerapkan aturan yang lebih fleksibel kendati tetap menggunakan Inpres Nomer 5/2015 untuk membeli gabah kering panen milik petani.
"Agar target serapan gabah oleh Bulog yang ditargetkan di tahun 2017 sebanyak 55 ribu ton setara beras bisa terpenuhi 100 persen," katanya.
Bulog Tulungagung Antisipasi Kendala Serapan Gabah 2017
Jumat, 10 Maret 2017 16:03 WIB
Ia mengatakan, Bulog harus bersikap realistis dengan belajar kegagalan mereka mencapai target serapan gabah sebanyak 47 ribu ton gabah setara beras pada kurun 2016, namun yang tercapai hanya 78 persen.