Tulungagung, (Antara Jatim) - Sejumlah pembudidaya ikan lele di kawasan minapolitan ikan lele Desa Gondosuli, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mulai beralih ke budi daya ikan patin karena faktor pasar yang mulai mengalami kejenuhan.
"Pasar ikan lele itu tidak pasti. Terlambat sedikit memanen, barang (ikan) bisa tidak terjual," kata Ketua Kelompok Budi daya Mekarsari di Desa Gondosuli, Miskam di Tulungagung, Jumat.
Kendati sentra perikanan darat ikan lele di kampung minapolitan tempatnya menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia dan telah memiliki pangsa pasar luas, Miskam mengatakan pasokan komoditas ikan lele di hampir semua daerah saat ini berlebih.
Salah satu penyebabnya menurut Miskam adalah banyaknya pembudidaya ikan lele di daerah-daerah.
"Pasokan ikan lele di pasaran itu seperti antrean yang panjang. Jadi yang pasok banyak, dari berbagai daerah. Kalau gilirannya panen dan kirim ya harus segera kirim. Jika ditunda jatah pasokan sudah diisi orang lain. Itu susahnya usaha budi daya ikan lele," ungkap Miskam.
Padahal, menurut data Dinas Perikanan Kabupaten Tulungagung, kawasan minapolitan Desa Gondosuli menjadi penghasil ikan lele terbesar di Jatim dengan volume produksi rata-rata mencapai 20 ton per hari atau setara omzet Rp1,5 miliar setiap bulannya.
Besarnya volume produksi ikan lele Desa Gondosuli, dan Tulungagung secara keseluruhan, tercatat mampu memasok sepertiga kebutuhan pasar ikan lele di provinsi tersebut.
"Ikan lele dari Gondosuli juga dipasok ke sejumlah kota besar di Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali bahkan sebagian luar Jawa," tutur Suratman, pembudidaya ikan lele lainnya.
Ketatnya persaingan pasar ikan lele itulah yang menjadi alasan Miskam dan beberapa pembudidaya lain kini mulai beralih ke ikan patin.
Kendati rentang budi daya lebih panjang (ikan lele membutuhkan waktu pembesaran dari benih hingga panen sekitar tiga bulan, sementara ikan patin rata-rata tujuh bulan), Miskam menyebut pasar ikan patin lebih pasti.
"Jika ikan lele panen tidak bisa ditunda, ikan patin berapapun ukurannya asal dewasa tetap diterima pasar. Ada pabrikan yang siap menampung untuk diolah sebagai produk makanan kemasan," ujarnya.
Saat ini harga ikan lele di pasaran pembudidaya dipatok Rp14.500 per kilogram, sementara harga ikan patin lebih murah yakni Rp13 ribu per kilogram.
"Meski harga lebih murah dan masa perawatan lebih panjang, saya sudah mencoba masih mendapat untung. Dari biaya operasional dan produksi perawatan total sekitar Rp110 juta untuk volume sekitar sembilan ton ikan patin masih bisa mendapat uang (penjualan) Rp139 juta saat panen," imbuhnya.(*)