Tulungagung (Antara Jatim) - Ratusan warga Desa Kromasan berunjuk rasa menolak rencana pengeboran "shalow choring" yang akan dilakukan tim Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta untuk kepentingan riset batuan, karena khawatir berdampak buruk bagi lingkungan.
"Apapun alasan dan tujuannya, pengeboran itu berpotensi berdampak buruk bagi lingkungan. Tidak ada faedahnya," kata Budi Santoso, salah seorang warga yang ikut aksi penolakan di Balai Desa Kromasan, Kecamatan Ngunut, Kamis.
Upaya pertemuan antara warga dengan pihak tim peneliti dari Pusat Studi Mineral dan Energi (PSME) UPN Veteran Yogyakarta yang dimediasi muspika setempat akhirnya tidak membuahkan hasil.
Beberapa kali juru bicara tim peneliti UPN Veteran berusaha menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan pengeboran yang lebih berorientasi studi akademis, namun selalu dimentahkan warga dengan penyataan skeptis.
"Pokoknya kami menolak segala bentuk aktivitas pengeboran di desa kami, baik pengeboran untuk melihat kandungan minyak, batuan maupun air. Pokoknya tidak," seru Budi disambut gemuruh dukungan warga yang lain.
Tidak ada titik temu, Muspika Ngunut mengimbau warga untuk tenang dan meredakan emosi mereka.
Sementara, perwakilan peneliti dari PSME UPN Veteran Yogyakarta Iwan Kurniawan mengatakan, kekhawatiran warga bahwa aktivitas pengeboran bisa berdampak buruk seperti halnya kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo adalah berlebihan.
"Pengeboran yang kami lakikan hanya sampai pada kedalaman 150 meter dari permukaan tanah. Jadi secara logika tidak akan berdampak seperti halnya kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo itu," ujarnya.
Iwan menjelaskan, pengambilan sampel batuan dilakukan lebih untuk memetakan kandungan batuan di wilayah Jawa Timur bagian selatan sebagai bahan pembelajaran mahasiswa geologi UPN Veteran Yogyakarta.
"Sedangkan untuk jangka panjangnya ya sebagai landasan guna mengetahui potensi sumber daya mineral baru di wilayah Jawa Timur bagian selatan," kata Iwan. (*)
Warga Tolak Riset Tambang Tim UPN Yogyakarta
Kamis, 29 Desember 2016 20:48 WIB
"Pengeboran yang kami lakikan hanya sampai pada kedalaman 150 meter dari permukaan tanah. Jadi secara logika tidak akan berdampak seperti halnya kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo itu," ujarnya.