Surabaya (Antara Jatim) - Dinas Peternakan (Disnak) Provinsi Jawa Timur menyambut baik impor sapi indukan oleh PT Santori Agrindo, perusahaan peternakan asal Tongas, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, yang dinilai semakin meningkatkan peran Jawa Timur sebagai provinsi produsen ternak.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Disnak Provinsi Jawa Timur drh Wemmi Niamawati, MMA, saat meninjau kedatangan sebanyak 3.826 ekor sapi indukan milik PT Santori Agrindo, yang diimpor dari Darwin, Australia, di Dermaga Jamrud Utara, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Minggu, mengatakan, impor sapi indukan merupakan kebijakan dari pemerintah pusat.
Kebijakan pemerintah yang dimaksud adalah program peningkatan populasi sapi potong di Indonesia, yaitu bagi perusahaan swasta yang akan menginpor sapi bakalan harus disertai impor sapi indukan sebanyak 20 persen untuk industri dan 10 persen untuk program kemitraan.
"Bagi Jawa Timur program ini semakin bagus. Apalagi PT Santori Agrindo adalah perusahaan pertama di Indonesia yang menjalankan kebijakan pemerintah, dan itu semakin meningkatkan Jawa Timur sebagai provinsi produsen ternak, khususnya untuk sapi potong," ungkapnya.
Wemmi mengatakan, tanpa harus impor sapi indukan saja, Jawa Timur telah menyumbang sebanyak 28 persen untuk kebutuhan daging sapi nasional. "Sedangkan sapi perah kita malah menyumbang 50 persen kebutuhan nasional. Kita punya sentra sapi perah di Malang, Tulungagung, Kediri dan Pasuruan. Sedangkan peternak sapi potong kita merata di seluruh kabupaten dan kota se- Jawa Timur," katanya.
Kepala Unit Budidaya Ternak (Head of Unit Feedlot) PT Santosa Agrindo Bintoro Tantono mengatakan kedatangan sapi indukan impor asal Australia di Pelabuhan Tanjung Perak ini adalah yang ketiga, sekaligus yang terbanyak, sejak pertama kali didatangkan pada bulan April lalu.
"Yang pertama pada bulan April lalu kita impor sebanyak 1.911 ekor sapi indukan, yang kedua kita impor lagi bulan November sebanyak 585 ekor sapi indukan, lalu bulan Desember ini kita impor lagi sebanyak 3.826 ekor sapi indukan," katanya menjelaskan.
Bintoro mengakui semua itu untuk memenuhi regulasi seperti yang dipersyaratkan pemerintah yang tujuan utamanya mengimpor sapi bakalan. Persyaratannya 5 : 1, yaitu setiap impor lima sapi bakalan harus mendatangkan 1 sapi indukan.
Bintoro menambahkan, program pemerintah ini sebenarnya adalah untuk menyiasati kesulitan mendapat sapi bakalan lokal. "Sebab untuk mendapatkan sapi bakalan lokal itu sulit. Seminggu bisa dapat seratus ekor saja susah. Karena kualitasnya bermacam-macam, ada yang berat badannya 300 kg, ada yang 400 kg. Tapi kalau impor ini kan satu bangsa, ya, diharapkan lebih seragam kualitasnya," ungkapnya.
Selain itu, program pemerintah ini juga dimaksudkan sebagai kemitraan antara perusahaan peternakan yang tentunya sudah mapan dengan peternak rakyat. Sebab nantinya dari sapi-sapi indukan impor itu pada usia kehamilan enam bulan akan disalurkan ke peternak rakyat dengan dibantu permodalan dengan bunga murah dari bank.
Bintoro mengatakan, dari sapi-sapi indukan impor yang telah didatangkan sejak bulan April lalu, telah mulai didistribusikan sebanyak 45 sapi indukan pada September lalu kepada 9 peternak di Probolinggo. "45 ekor sapi indukan itu kita salurkan ke peternak sudah dalam posisi bunting enam bulan. Sekarang dari 45 sapi indukan itu sudah lahir 40 ekor," katanya.
Selanjutnya mulai 2017 nanti anak perusahaan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk ini menargetkan dapat menyalurkan sebanyak 200 ekor sapi indukan ke peternak rakyat per bulan. "Semester pertama tahun 2017 kita harapkan penyalurannya sudah melingkupi para peternak rakyat di 6 kabupaten, yaitu Blitar, Kediri, Malang, Pasuruan, Probolinggo, dan Bojonegoro. Semester berikutnya kita harap bisa melingkupi para peternak di 16 kabupaten, dan seterusnya ke seluruh Jawa Timur," ucapnya.