Surabaya (Antara Jatim) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerima buku buku Photography Pabean
Passage yang mengisahkan tentang kultur kehidupan di Pasar Pabean
Surabaya yang di dalamnya terdiri banyak etnis.
"Saya ingin melestarikan budaya dari segala etnis yang ada di dalamnya. Di sana ada kekuatan Bhineka Tunggal Ika yang membuat bangsa ini menjadi lebih kuat. Karena itu, saya merasa perlu untuk memberikan buku ini untuk Pemkot Surabaya," kata fotografer Anton Gautama, Rabu.
Anton Gautama yang juga penulis buku Photography Pabean Passage usai bertemu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di ruang kerja wali kota, itu menyebutkan Pasar Pabean merupakan salah satu bagian penting dari Kota Surabaya.
Pasar yang dalam beberapa literatur disebut salah satu pasar tertua di Surabaya ini dulunya merupakan denyut perekonomian Kota Surabaya. Hingga kini, Pasar Pabean masih menjadi salah satu pusat perputaran ekonomi warga Surabaya.
Oleh fotografer Anton Gautama, segala warna kehidupan di Pasar Pabean tersebut diabadaikan lewat foto. Foto-foto tersebut kemudian dibukukan dalam buku foto dan diberi judul Photography Pabean Passage.
Pria 46 tahun kelahiran Makassar ini mengaku butuh waktu setahun lebih untuk mengabadikan segala momen yang ada di Pasar Pabean. Selama itu, dia acapkali nyanggong di pasar tersebut.
"Bikin bukunya tidak lama, tapi hunting foto dan materinya yang lama," jelasnya.
Wali kota menyebut buku foto berjudul Photography Pabean Passage penting bagi Surabaya. Menurutnya, buku tersebut bukan sekadar buku, tetapi merupakan gambaran kehidupan yang mencerminkan kondisi Pasar Pabean.
"Pak Anton membuat buku ini bukan sekadar berprofesi. Tetapi buku ini kelak bisa dipakai sebagai penanda Surabaya. Potret kehidupan di Pasar Pabean ini bukan hanya apa yang dipakai, tetapi juga apa yang mereka pikirkan dan kerjakan," ujar wali kota.
Wali kota mengaku sangat senang dengan Pasar Pabean. Bukan hanya dari sisi sejarah, arsitektur, tetapi juga letak geografisnya. "Saya terus terang senang sekali dengan Pasar Pabean. Bukan hanya dari sisi arsitekturnya. Tapi letaknya ini dulu di tepi Kali Mas dan di dekatnya ada gedung untuk gedung pelabuhan rakyat zaman itu. Di situ ekonomi Surabaya bergerak," katanya.
Selain menerima buku, wali kota juga menyampaikan tentang komitmen Pemerintah Kota Surabaya untuk menjadikan Surabaya sebagai kota yang menghargai budaya, di antaranya banyaknya warga, termask anak-anak muda yang berkesenian.
Ia mengatakan di Surabaya juga ada banyak kelompok reog. "Di Balai Pemuda ada gamelan untuk anak-anak latihan di situ. Saya tidak hanya membangun kota tetapi juga membangun manusianya agar lebih murah senyum," kata wali kota.
Demi mendengar cerita tersebut, Anton Gautama spontan terkejut. Dia mengaku tidak menyangka wali kota memperhatikan hal sedetail itu. "Saya tidak menyangka. Ternyata kerja ibu tidak hanya penataan kota tetapi juga sedetail ini," ujar pria yang sejak berusia enam tahun tinggal di Surabaya ini.(*)
"Saya ingin melestarikan budaya dari segala etnis yang ada di dalamnya. Di sana ada kekuatan Bhineka Tunggal Ika yang membuat bangsa ini menjadi lebih kuat. Karena itu, saya merasa perlu untuk memberikan buku ini untuk Pemkot Surabaya," kata fotografer Anton Gautama, Rabu.
Anton Gautama yang juga penulis buku Photography Pabean Passage usai bertemu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di ruang kerja wali kota, itu menyebutkan Pasar Pabean merupakan salah satu bagian penting dari Kota Surabaya.
Pasar yang dalam beberapa literatur disebut salah satu pasar tertua di Surabaya ini dulunya merupakan denyut perekonomian Kota Surabaya. Hingga kini, Pasar Pabean masih menjadi salah satu pusat perputaran ekonomi warga Surabaya.
Oleh fotografer Anton Gautama, segala warna kehidupan di Pasar Pabean tersebut diabadaikan lewat foto. Foto-foto tersebut kemudian dibukukan dalam buku foto dan diberi judul Photography Pabean Passage.
Pria 46 tahun kelahiran Makassar ini mengaku butuh waktu setahun lebih untuk mengabadikan segala momen yang ada di Pasar Pabean. Selama itu, dia acapkali nyanggong di pasar tersebut.
"Bikin bukunya tidak lama, tapi hunting foto dan materinya yang lama," jelasnya.
Wali kota menyebut buku foto berjudul Photography Pabean Passage penting bagi Surabaya. Menurutnya, buku tersebut bukan sekadar buku, tetapi merupakan gambaran kehidupan yang mencerminkan kondisi Pasar Pabean.
"Pak Anton membuat buku ini bukan sekadar berprofesi. Tetapi buku ini kelak bisa dipakai sebagai penanda Surabaya. Potret kehidupan di Pasar Pabean ini bukan hanya apa yang dipakai, tetapi juga apa yang mereka pikirkan dan kerjakan," ujar wali kota.
Wali kota mengaku sangat senang dengan Pasar Pabean. Bukan hanya dari sisi sejarah, arsitektur, tetapi juga letak geografisnya. "Saya terus terang senang sekali dengan Pasar Pabean. Bukan hanya dari sisi arsitekturnya. Tapi letaknya ini dulu di tepi Kali Mas dan di dekatnya ada gedung untuk gedung pelabuhan rakyat zaman itu. Di situ ekonomi Surabaya bergerak," katanya.
Selain menerima buku, wali kota juga menyampaikan tentang komitmen Pemerintah Kota Surabaya untuk menjadikan Surabaya sebagai kota yang menghargai budaya, di antaranya banyaknya warga, termask anak-anak muda yang berkesenian.
Ia mengatakan di Surabaya juga ada banyak kelompok reog. "Di Balai Pemuda ada gamelan untuk anak-anak latihan di situ. Saya tidak hanya membangun kota tetapi juga membangun manusianya agar lebih murah senyum," kata wali kota.
Demi mendengar cerita tersebut, Anton Gautama spontan terkejut. Dia mengaku tidak menyangka wali kota memperhatikan hal sedetail itu. "Saya tidak menyangka. Ternyata kerja ibu tidak hanya penataan kota tetapi juga sedetail ini," ujar pria yang sejak berusia enam tahun tinggal di Surabaya ini.(*)