Surabaya (Antara Jatim) - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) memberikan pelatihan kepada tiga negara Asia Tenggara yaitu Brunei Darussalam, Timor Leste, Laos untuk dapat mengembangkan aplikasi monitoring dan traffik buatan mereka yaitu Mata Garuda, di Kampus PENS, Senin.
Dosen Teknik Informatika PENS, Ferry Astika Saputra ST M.Sc mengatakan aplikasi Mata Garuda adalah aplikasi yang dibuat oleh Laboratorium Jaringan Komputer Departemen Teknik Informatika PENS bekerja sama dengan Kementrian Kominfo yang bertujuan memonitor seragan internet dari negara asing.
"Pada awal Agustus 2016, beberapa negara ASEAN seperti Brunei Darussalam, Timor Leste dan Laos tertarik menggunakan Mata Garuda sebagai salah satu aplikasi pendukung CERT (Computer Emergency Responce Team) mereka," katanya.
Ferry mengatakan ketiga negara itu belum punya nasional riset untuk penanggulangan insiden internet. Mereka memerlukan satu aplikasi untuk mendukung operasional National CERT (Computer Emergency Responce Team).
"Mereka selama ini menggunakan produk yang komersial. Memang produk komersial itu stabil namun sulit untuk dikembangkan. Jadi untuk kebutuhan kita itu sangat mahal karena harganya bisa mencapai miliaran," jelasnya.
Ferry menjelaskan pelatihan kepada tiga negara tersebut adalah kerjasama dari JICA dan IDSIRTII dan akan berlangsung selama 10 hari dari tanggal (21/11) hingga (2/12).
Ketiga negara ini, kata Ferry justru yang ingin diuji. Dirinya juga heran ketika mendapat surat dari Kominfo yang berisi tentang tiga negara tersebut yang mau memakai aplikasi Mata Garuda dan mengembangkannya bersama.
"Tapi keuntungan dari aplikasi ii untuk Indonesia maupun PENS adalah negara bisa mandiri secara sistem untuk memonitoring dan tidak tergantung ke vendor. Kita bikin aplikasi anti virus sendiri dan bisa dikembangkan," paparnya.
Ferry menambahkan perwakilan ketiga negara tersebut sangat antusias mengikuti pelatihan ini. Mereka berharap di kemudian hari mampu mengembangkan aplikasi serupa untuk kepentingan negara mereka. (*)