Jember (Antara Jatim) - Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Jember Masykur mengatakan hampir 20 persen luas lahan tembakau di wilayah setempat rusak hingga menyebabkan gagal panen akibat curah hujan yang cukup tinggi mengguyur kabupaten setempat.
"Areal tanam yang ditargetkan sesuai dengan permintaan kebutuhan pabrikan sekitar 10.000 hektare, namun realita di lapangan luas lahan tembakau jauh dari target yang ditentukan akibat fenomena La Nina atau kemarau basah," katanya di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat.
Berdasarkan data Disbunhut Jember tercatat luas areal tanam tembakau jenis Na Oogst Tanam Awal (Nota) sekitar 1.100 ha, Na Oogst tradisional 1.068 ha, Voor Oogst Kasturi 3.383 ha, Voor Oogst Rajangan 417 ha dan White Burley seluas 148 ha.
"Luas lahan tembakau saat ini meleset dari target yang sudah ditentukan berdasarkan kebutuhan pabrikan, namun di sisi lain petani yang sudah menanam tembakau mengalami gagal panen akibat curah hujan sepanjang tahun," tuturnya.
Menurut dia, pihak Disbunhut memprediksi luas lahan berkurang hingga 30 persen dari target yang sudah ditentukan oleh Dishutbun Jember karena sebagian petani enggan menanam tembakau akibat kemarau basah sepanjang tahun.
"Ada penurunan produksi tembakau untuk tahun ini sekitar 20 persen hingga R25 persen dibandingkan tahun lalu karena cuaca ekstrem dan berkurangnya luasan lahan tembakau di Jember,"katanya.
Dengan jumlah produksi tembakau yang sedikit, lanjut dia, menyebabkan harga tembakau mahal yakni jenis Na Oogst kualitas "top grade" bisa mencapai Rp13 juta per kuintal, sedangkan terendah Rp9 juta per kuintal, sehingga diharapkan petani bisa mendapatkan keuntungan banyak dengan harga jual tembakau yang tinggi.
"Mudah-mudahan tahun depan cuaca bisa lebih baik, sehingga banyak petani yang kembali menanam tembakau karena Jember merupakan salah satu kabupaten yang dikenal sebagai Kota Tembakau," ujarnya.
Sementara Ketua Komisi B DPRD Jember Bukri mengatakan banyak tanaman tembakau petani yang kualitasnya buruk, sehingga banyak pabrikan yang enggan membeli tembakau tersebut.
"Kami telah meninjau beberapa perusahaan dan eksportir tembakau di Jember. Mereka enggan membeli tembakau yang memiliki kualitas buruk, sehingga pihak Dishutbun Jember harus membantu petani, agar seluruh tembakau petani terbeli oleh pihak pabrikan," ucap politisi PDI Perjuangan itu.(*)