Kediri (Antara Jatim) - Bank Indonesia Kediri, Jawa Timur, mengingatkan pemalsuan uang saat ini dilakukan dengan semakin canggih, seiring dengan semakin majunya teknologi.
"Uang palsunya macam-macam, ada yang model 'foto kopi', ada yang dicetak dengan laser," kata Asisten Manajer Pengelolaan Uang Rupiah Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kediri Sujarwadi, Senin.
Sujarwadi yang ditemui dalam kegiatan pelatihan ekonomi dengan jurnalis di Yogyakarta, 4-6 November 2016 menambahkan, saat ini peredaran uang palsu di wilayah BI Kediri menunjukkan nilai yang cukup besar. Mulai dari Januari-Oktober 2016, lebih dari 4.800 lembar.
Ia menyebut, uang palsu yang beredar itu beragam pecahan, mulai dari Rp100 ribu hingga pecahan Rp5000. Namun, selain uang kertas, pemalsuan juga terjadi pada uang logam yang dipalsukan dengan seng.
Pihaknya mengungkapkan, peredaran uang palsu ini merugikan perekonomian masyarakat. Seharusnya, mereka bisa memanfaatkan uang itu untuk modal usaha, namun karena palsu justru tidak dapat dimanfaatkan, bahkan bisa berhadapan dengan hukum.
Walaupun uang palsu yang beredar nominalnya cukup besar, Sujarwadi menyebut Bank Indonesia juga berupaya maksimal untuk melakukan edukasi pada masyarakat.
BI intensif melakukan sosialisasi, dengan harapan masyarakat semakin memahami dan bisa membedakan uang asli maupun palsu. Sosialisasi dilakukan pada semua kalangan pelaku ekonomi, baik pedagang, pegawai negeri, swasta, sampai anak sekolah. Mereka
"Makin tahun ada peningkatan uang palsu, tapi peningkatan pengetahuan masyarakat juga diacungi jempol. Apa yang sudah disampaikan ke masyarakat tentang edukasi uang, dipahami," ujarnya.
Ia menambahkan, dengan semakin tingginya temuan uang palsu yang dilaporkan ke BI, menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat tentang pemahaman uang itu sudah bagus.
BI pun, tambah dia, mempunyai alat yang cukup canggih untuk mengetahui uang itu asli atau diragukan. Alat itu bisa menampung hingga jutaan rupiah. Dengan adanya sensor khusus, uang asli dan diragukan keasliannya bisa diketahui.
Namun, secara kasat mata, masyarakat bisa mengetahui ciri-ciri uang palsu dengan cara mudah, yaitu dengan 3D, yaitu dilihat, diraba, dan diterawang.
Setiap uang pecahan mempunyai ciri tersendiri untuk mengetahui apakah uang itu asli atau tidak, termasuk mereka yang mengalami difabel. Sepanjang mereka diberi pengetahuan tentang uang asli dan palsu, warga yang mengalami difabel pun bisa membedakan uang. Dengan adanya edukasi itu, masyarakat diharapkan tidak mudah tertipu dengan uang palsu. (*)