Blitar (Antara Jatim) - Rumah milik Wagito serta Sainem, warga Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, rusak terkena tanah longsor akibat tebing setinggi 7 meter di belakang rumah mereka ambrol.
Wagito, pemilik rumah mengatakan hujan terjadi di daerahnya sejak Minggu (2/10) sore hingga malam. Secara tiba-tiba ada suara gemuruh dari belakang rumahnya dan mengakibatkan dinding ruangan tamu serta kamar bagian depan jebol.
"Ada suara gemuruh dari belakang rumah, lalu dinding ruangan tamu dan kamar bagian depan jebol. Saya dengan keluarga saat itu berada di kamar dan kami langsung lari ke luar rumah," katanya di Blitar, Senin.
Ia mengatakan, rumahnya mengalami rusak berat. Banyak material tanah masuk ke dalam rumah. Bahkan, akibat dinding ruangan tamu yang jebol, atap rumah miliknya terpaksa diberi penyangga dari bambu.
Ia dengan keluarganya terpaksa menginap sementara di rumah kerabat yang tidak jauh dari rumahnya. Ia tidak berani tinggal di dalam rumah, khawatir terjadi longsor susulan.
Wagito membersihkan rumahnya dari material tanah yang bercampur dengan air. Ia dibantu dengan para tetanganya. Proses membersihkan juga memerlukan waktu yang lama, karena material itu banyak sekali.
Kondisi rumah Wagito memang memprihatinkan, akibat musibah itu. Rumah Wagito berada di bawah bukit setinggi 7 meter. Bahkan, jarak antara rumahnya dengan tebing hanya sekitar 1 meter, sehingga sangat rentan terjadi musibah jika bukit di belakang rumahnya longsor.
Hal yang sama juga terjadi di rumah Sainem, yang lokasinya berhadapan dengan rumah Wagito. Namun, rumah Sainem tidak terlalu parah, sebab material tanah bercampur dengan air itu hanya menimpa bagian teras rumahnya saja.
Sementara itu, Agung yang merupakan Perangkat Desa Gadungan mengatakan sebenarnya secara total terdapat lima kepala keluarga (KK) yang terancam keselamatannya.
Kondisi rumah mereka berada di tepi tebing seperti rumah milik Wagito dan Sainem, sehingga jika terjadi tanah longsor susulan rumah mereka juga terancam rusak.
Pihaknya mengaku sudah melaporkan kejadian ini ke petugas. Pihak desa juga koordinasi dengan pemerintah daerah, untuk rencana relokasi. Jika bersedia, warga yang keselamatannya terancam itu bisa memanfaatkan tanah kas desa.
"Ini ada lima KK. Kami dari desa tidak akan membiarkan, jika mau tanah kas desa dan mereka bisa membuat rumah di sana," katanya. (*)