Tulungagung (Antara Jatim) - Puluhan pelajar dan masyarakat pecinta sejarah di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Selasa mengikuti lomba deskripsi cagar budaya yang digelar dinas pendidikan dan kebudayaan setempat dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional.
Kasi Pelestarian Purbakala dan Museum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tulungagung, Tri Nugraha mengatakan, lomba deskripsi cagar budaya Tulungagung digelar dengan tujuan merangsang minat dan apresiasi masyarakat terhadap situs-situs maupun bangunan bersejarah di daerah tersebut.
"Hari ini adalah final dengan menampilkan 20 nominator yang lolos penjaringan atau seleksi awal yang dilakukan tim juri," katanya di sela pelaksanaan lomba.
Ia mengatakan, awalnya ada 47 peserta yang mendaftar dan telah mengajukan esai atau narasi tulis berisi deskripsi cagar budaya Tulungagung.
Namun, setelah diseleksi oleh dewan juri dari arkeolog Universitas Brawijaya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim serta Balai Pemeliharaan Cagar Budaya (BPCB) Jatim, sebanyak 27 proposal tulisan peserta dari kelompok pelajar maupun umum dinyatakan gugur.
"Hanya 20 peserta yang dinyatakan lolos dan berhak mengikuti tahapan final hari ini dengan melakukan paparan langsung di hadapan dewan juri," ucap Tri Nugraha.
Dari jumlah yang lolos itu, lanjut Tri, 14 terdiri dari pelajar SMA/SMK/MA se-Tulungagung, sedang sisanya sebanyak enam orang berasal dari peserta umum.
Dalam pelaksanaan lomba, masing-masing peserta lebih dulu diberi kesempatan mempresentasikan esai atau bahan deskripsi yang ditampilkan dalam layar proyektor di hadapan dewan juri dan pengunjung yang hadir.
Setelah itu, satu per satu dewan juri mengajukan sejumlah pertanyaan kepada peserta lomba dengan fokus seputar subjek bahan deskripsi cagar budaya yang dipilih.
"Dari final ini akan dipilin enam penampil terbaik dengan berbagai kriteria penilaian menurut dewan juri, untuk kemudian diberi penghargaan seta uang pembinaan," tutur Tri Nugraha.
Namun, sejumlah peserta dari kelompok umum sempat mengkritik kegiatan tersebut karena panitia tidak memisah kategori kejuaraan, yakni dari peserta umum dan pelajar.
"Tidak elok jika dicampur seperti ini. Harusnya pemenang dibendakan antara kategori umum dan pelajar sebagaimana kuota kepesertaan yang dibuat panitia sendiri," kata Bramantya, salah seorang finalis lomba.
Namun terkait masukan dan kritik tersebut, Tri Nugraha menyatakan bisa menerimanya dengan lapang dada.
"Ini memang baru pertama digelar, sehingga kategori (umum dan pelajar) masih digabung. Ke depan apa yang menjadi kritik teman-teman pecinta sejarah-budaya Tulungagung akan kami adopsi, seiring ketersediaan bahan," kata Tri Nugraha.(*)