Jember (Antara Jatim) - Kegiatan Muktamar Tokoh Umat yang digelar Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di New Sari Utama Convention Hall Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Minggu, dihentikan karena ada organisasi masyarakat yang keberatan atas kegiatan tersebut.
"Kita hentikan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, namun saya tidak bisa memberikan keputusan untuk menandatangani pernyataan ini karena otoritas ada di Dewan Pimpinan Pusat HTI," kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah HTI Jember, Abdurrahman Saleh saat dikonfirmasi sejumlah wartawan.
Kegiatan Muktamar Tokoh Umat 1437 Hijriyah yang digelar HTI tersebut sudah dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Quran, dilanjutkan Sambutan DPP HTI dengan tema "Syariah dan Khilafah, Mewujudkan Islam Rahmatan Lil 'Alamin, bukan Ancaman", dan dihentikan setelah sesi ketiga yang diakhiri dengan doa penutup.
Menurutnya acara yang dilakukan HTI tersebut merupakan kegiatan Isra Miraj yang bertepatan dengan bulan Rajab dan kegiatan itu tidak melanggar hukum, tidak ada kekerasan dan tidak anarkis.
"Di bulan Rajab ini sebagai bulan jatuhnya Khilafah sehingga momentum ini untuk membangkitkan umat untuk berdakwah bersama-sama kepada semua pihak. Terkait dengan masalah NKRI bagi kami juga harga mati yang artinya tidak ingin sejengkal tanah NKRI berkurang," tuturnya.
Sementara itu, ratusan anggota Barisan Serba Guna (Banser) Kabupaten Jember mengepung gedung tersebut dan berencana membubarkan kegiatan yang digelar HTI Jember.
"Kami terjunkan sebanyak 400 pasukan Banser dan Ansor untuk mengawal kedaulatan negara. HTI dinilai mengancam keutuhan NKRI," kata Komandan Banser Jember, Lutfi Alif.
Ratusan pasukan Banser mendesak untuk masuk ke dalam lokasi muktamar yang digelar HTI, namun dihalang-halangi oleh aparat kepolisian yang menjaga kegiatan tersebut, sehingga terjadi aksi saling dorong dan adu mulut.
Sementara Kapolres Jember AKBP Sabilul yang sempat menjalani rawat inap di salah satu rumah sakit swasta akhirnya turun ke lokasi untuk mengendalikan situasi kegiatan Muktamar Tokoh Umat HTI Jember itu.
"Saya turun ke lokasi karena khawatir terjadi bentrok fisik antara Banser dan massa HTI. Pasukan kepolisian dan TNI sudah dikerahkan untuk mengawal kegiatan tersebut, namun karena ada massa dari Banser yang mendesak membubarkan acara itu, sehingga dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," tuturnya.
Ia mengatakan perjanjian yang sebelumnya disepakati yakni HTI Jember hanya menyelenggarakan kegiatan Isra Miraj dengan tidak memberikan materi tausiyah tentang khilafah.
"Tidak ada ormas yang boleh mengganggu dan menghentikan acara Isra Miraj, namun apabila disisipi tentang materi Indonesia Syariah atau Pemerintahan Khilafah, maka itu yang bisa mengakibatkan resistensi dan konflik sosial," kata mantan Kapolres Bondowoso itu.(*)