Tidak semua orang bisa mendapat kesempatan menapaki langkah demi langkah kawasan wisata terbatas, namun peluang itu didapat sekitar 30 wartawan, yakni ketika mengunjungi Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Paiton di Jalan Raya Surabaya-Situbondo kilometer 141 Paiton, Probolinggo, Jawa Timur.
Tempat itu dianggap terbatas karena merupakan objek vital nasional, sehingga untuk masuk dan menyusurinya perlu izin dan aturan ketat, ditambah harus ada alasan yang jelas karena tidak mudah untuk sekadar masuk, apalagi jika tidak mempunyai alasan serta izin kuat.
Mengapa demikian ? Karena lokasi yang diresmikan Presiden kedua Indonesia Soeharto pada 1994 memegang peranan penting sektor kelistrikan nasional, khususnya di wilayah Pulau Jawa dan Bali, sehingga apabila terjadi kesalahan sekecil apa pun, efeknya akan sangat luas.
Informasi terbatasnya lokasi tersebut tidak hanya terpampang dalam tulisan pada pagar pintu masuk area, namun juga tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 63/2004 tentang pengamanan objek vital nasional, artinya larangan yang dibuat bukan hanya secara formal ada di lokasi, melainkan ada landasan kuat mengapa tempat itu terlarang dan terbatas.
General Manager PT PJB Unit Pembangkitan Paiton, Abu Hasan, mengatakan apabila ingin masuk harus ada surat izin dari kantor pusat PJB yang berada di Surabaya, dan saat surat diberikan, aturan mengenai alat pelindung diri (APD) bagi setiap tamu yang masuk akan diperiksa secara ketat mulai dari kartu identitas, helm, rompi keselamatan, masker, sepatu standar, dan pelindung telinga.
"Memang ini menjadi bagian penting karena ketika para tamu sudah masuk kawasan PJB, maka keselamatan menjadi tanggung jawab kami. Dan apabila ada yang melanggar, maka petugas kami yang akan mendapat teguran," ucapnya.
Mekanisme dan aturan yang begitu panjang itu juga dialami puluhan wartawan dari Surabaya ketika akan masuk dan menikmati kunjungan ke setiap sudut lokasi PJB, sebab keselamatan menjadi faktor utama saat memasuki wilayah tersebut.
Ketika izin dan APD sudah dipenuhi secara lengkap, selanjutnya perwakilan tiga petugas beserta staf PJB mengawal masuk rombongan wartawan yang menggunakan bus untuk menikmati setiap sudut lokasi, sekaligus menjadi pemandu yang menjelaskan beberapa fungsi ruangan dan benda penting di tempat itu.
Memang, beberapa ruangan dan benda tampak asing di mata ketika mulai menikmati lokasi ini, sebab benda-benda itu tidak bisa ditemui di lokasi lain, seperti bangunan tiang yang menjulang tinggi dan menjadi salah satu ciri khas lokasi ini.
Bangunan tiang menjulang tinggi seperti menusuk hamparan awan itu berjumlah lima buah dan berfungsi sebagai pembuangan uap hasil proses pengolahan batu bara, sebagai salah satu komponen wajib dari keberadaan Pembangkitan Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang ada di PJB.
Setelah menikmati pemandangan di luar lokasi, rombongan wartawan dari beberapa media di Surabaya itu kemudian diajak masuk ke ruang kendali.
Di ruangan yang penuh dengan kotak-kotak komputer itu, satu per satu dijelaskan petugas PJB bagaimana cara mengendalikan beberapa mesin yang menjadi bagian utama pengendali PLTU.
Dari ruang kendali, rombongan lalu diajak keluar ke pelabuhan bersistem canggih dengan menggunakan "crane" atau alat pengangkut (derek) batu bara dari kapal ke lokasi lapang pengumpul batu bara. Di lokasi itu, rombongan diperiksa lagi dan wajib menggunakan APD berupa jaket pelampung.
"Ini lokasi berbahaya, sebab di dasar pelabuhan PJB itu arus airnya sangat kencang karena ada alat penyedot air yang fungsinya sebagai pendingin mesin pembangkit. Bahkan beberapa waktu lalu ada ikan hiu yang terseret, sehingga apabila ada kunjungan ke PJB rombongan yang masuk ke pelabuhan harus diingatkan sekali lagi," ucap Tommy, yang merupakan salah seorang staf PJB.
Edu Wisata
PT PJB Paiton yang merupakan anak perusahaan listrik negara (PLN) dalam kinerjanya menerapkan standar tinggi atau dunia, dibuktikan dengan Sertifikasi Integrated System (SIS) yang meliputi sistem manajemen lingkungan dengan ISO 14001:2014 dan sistem manajemen mutu dengan ISO 50001: 2011.
Selain itu, juga mengimplementasi sistem manajemen pengamanan yang ketat, sehingga pernah mendapat penghargaan kategori emas dari Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) terkait sistem keamanannya pada 20 Agustus 2015, dengan diserahkan plakat emas sistem manajemen pengamanan.
Direktur Utama PT PJB Muljo Adji AG mengatakan PJB mengoperasikan 6.977 Mega Watt (MW) pembangkit eksisting, dan jumlah tersebut akan terus meningkat seiring pertumbuhan perusahaan dan upayanya menangkap peluang bisnis dalam maupun luar negeri.
Muljo mengaku, total Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki saat ini mencapai 2.845 orang, sedangkan secara grup atau keseluruhan dengan anak usaha PJB total mencapai 7.583 orang, dengan aset Rp42,6 triliun.
Terkait program pemerintah 35.000 MW, Muljo mengatakan PJB akan terus meningkatkan kemampuan dan jumlah SDM yang ada, dan diperkirakan akan ditambah sebanyak 3.032 orang untuk lingkungan PJB, dan 9.676 orang untuk keseluruhan bersama anak usahanya.
"Peningkatan jumlah SDM diperkirakan akan dilakukan pada akhir 2016, dan tujuannya untuk mencapai target pemerintah 35.000 MW, yakni SDM dengan jumlah besar dan memiliki kompetensi yang memadai," katanya.
Sementara itu, Senior Manager dan Corporate, Yama Bellatrixiana, mengatakan rangkaian kunjungan puluhan wartawan ke PJB itu adalah bagian dari edu-wisata (wisata edukasi) atau studi ekskursi, yakni pembelajaran (edukasi) untuk mengenalkan proses produksi listrik menggunakan batu bara.
Yama mengaku konsep tersebut sangat bagus dan sedang dikembangkan untuk dibuka secara umum, sehingga tidak hanya beberapa golongan yang bisa menyusuri objek wisata di tempat terbatas itu.
"Kita sedang menyusun konsep, bagaimana edu-wisata ini dibuka dan dikembangkan untuk umum, sebab saat ini masih kesulitan karena adanya aturan dan larangan mengenai objek vital nasional," ucap Yama, saat mendampingi rombongan wartawan.
Yama mengatakan menjadikan PJB sebagai lokasi wisata dan dibuka untuk umum bukanlah hal yang mudah, sebab memasuki lokasi terbatas harus mempunyai landasan aturan yang jelas, ditambah dengan standar keamanan yang ketat.
Namun demikian, fungsi dan tujuan wisata ke PJB itu sangat bagus yakni mengenalkan kepada setiap anak atau orang tua untuk lebih bisa menjaga Sumber Daya Alam yang ada seperti listrik.
"Yang kita harapkan dari konsep edu-wisata ke PJB adalah mereka akan semakin mengetahui masalah kelistrikan dan bersama-sama sadar menjaga sumber daya alam (SDA) yang ada," katanya. (*)