Jarum jam sudah menunjuk lebih dari pukul 09.00 WIB, tapi sinar matahari yang memancar tak terasa panasnya, malah hembusan angin yang sesekali terasa meniup telinga.
Suara pedagang kaki lima, penunggang kuda, pengemudi "speed boat" atau kapal cepat, riuh bersahutan menawarkan jasanya ke ratusan pengunjung tepat di bibir telaga yang seluas mata memandang dipenuhi kabut.
Purnoma salah satunya. Ia seolah tak lelah "menyapa" pengunjung dan mengajak berkeliling telaga menggunakan "speed boat" miliknya.
"Silakan pak, bu, keliling Sarangan menggunakan 'speed boat'. Tidak mahal dan bisa berempat. Silakan..silakan," begitu ucapnya ke setiap orang yang melintas di hadapannya.
Kapal cepat milik Purnomo dinamai "Victory", warnanya dominan kuning dengan sedikit corak merah bernomor lambung N354.
"Tidak ada arti atau filosofi nama dan nomor. Ini hanya untuk identitas saja kok," ucapnya menanggapi nama perahu cepatnya.
Ya, nama-nama kapal cepat di sana memang umum dan sering terdengar di telinga, seperti "The Winner", "Rambo", "Lamborghini", "Dragon", "Jaguar", "Satria", "Ninja" dan sebagainya.
Salah satu pengunjung asal Lamongan, Lutfi mengaku penasaran mencoba adrenalinnya naik kapal cepat di Sarangan.
"Ayo mas naik. Jarang-jarang ke Sarangan dan menyesal nanti kalau tidak mencoba," ucap dia mengajak rekannya, Faishol.
Tak mau kehilangan pelanggan, Purnomo mempersilakan keduanya berjalan mengikutinya untuk menuruni tangga bibir telaga menuju speed boatnya.
Purnomo menyalakan mesin dan meminta Lutfi tak lupa berpegangan, termasuk rekannya agar tak lengah saat mesin sudah dinyalakan.
"Waduh, jangan ngebut-ngebut pak, teman saya tidak bisa berenang," celetuknya menanggapi permintaan Pak Pur, begitu sapaan akrab pemilik kapal cepat, yang hanya tersenyum kecut mendengar pelanggannya.
Belum semenit berjalan, perahu itu menaikkan kecepatannya. Semakin lama semakin cepat dan cepat.
"Haaaaa...wooww...Haaaa.." begitu teriakan Lutfi dan rekannya sembari berpegangan penyangga perahu.
Suara bising yang biasa memekikkan telinga tak terdengar, kalah dengan teriakannya, maupun penumpang-penumpang kapal cepat lainnya.
Turunnya kabut membuat suasana semakin seru dan menegangkan. Semakin jauh, semakin tinggi pula kecepatannya. Sesekali, Pak Pur mempertontonkan aksinya dan hingga membuat jantung penumpangnya berdegup kencang.
Tidak hanya lurus, sesekali ia membanting setir ke kanan, ke kiri, begitu seterusnya. "Speed boat" pun kadang terbang dan terbanting lagi ke air. Sesekali, antar speed boat satu dengan yang lain adu cepat dan membuat teriakan penumpang semakin nyaring.
Hamparan kabut dan jarak pandang yang tidak jauh membuat adrenalin terpacu. Suara desiran air maupun angin menjadi selingan indahnya menikmati alam ciptaan Allah SWT.
"Waahh... seruuu dan tegang..!! Kurang rasanya kalau hanya sekali berkeliling," kata Lutfi menoleh rekannya. "Sudah lut, cukup," jawab Faishol sembari menyeka dahinya meski tak berkeringat saat kapal cepat hendak bersandar.
"Terima kasih Pak. Kalau ke sini naik lagi. Rugi jauh-jauh melihat telaga saja, tapi tidak naik speed boat," ujar Lutfi sambil merogoh koceknya dan memberikan Rp60 ribu kepada Pak Pur.
Telaga Sarangan merupakan telaga alami yang berada di ketinggian 1.287 meter di atas permukaan laut dan terletak di lereng Gunung Lawu, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Nama lainnya "Tlogo" Pasir, luasnya sekitar 30 hektare dan berkedalaman 28 meter, bersuhu udara antara 15-20 derajat celcius dan berjarak sekitar 16 kilometer arah barat pusat Magetan.
Selain berkuda mengitari telaga dan menguji ketegangan menumpang kapal cepat, fasilitas obyek wisata lain di sana tersedia, seperti sentra PKL khusus penjual souvenir, kuliner sate kelinci serta wedang rondhe, dan lainnya.
Ke Magetan..?? Ya ke Sarangan..!!.(*)