Surabaya (Antara Jatim) - Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), memanfaatkan kulit markisa untuk mengawetkan minyak goreng curah, selama kurang lebih 10 hari (10 kali penggorengan dalam suhu panas maupun sedang).
"Menggunakan minyak goreng curah untuk mengolah makanan secara terus menerus akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan tubuh manusia, apalagi minyak yang digunakan berulang kali menyebabkan perubahan fisik," kata mahasiswa semester VI, Hanna Septy Pekaata ketika ditemui di UKWMS Surabaya, Kamis.
Bersama kedua rekannya, Jessica Angelia Suhadi dan Stephen Utomo Hanna, berkolaborasi memproses pemanasan yang lama dan berulang sekali pada minyak goreng curah, agar terbebas dari perubahan fisik kimiawi minyak goreng, akibat dari perubahan asam lemak jenuh dan radikal bebas.
"Setelah penggunaan minyak goreng berulang kali, terkadang limbah minyak dibuang begitu saja. Hal inilah yang kami upayakan agar minyak yang sudah digunakan tersebut bisa awet dengan menggunakan ekstrak kulit markisa," tuturnya.
Selama ini, Jessica Angelia Suhadi menjelaskan buah markisa hanya digunakan dagingnya saja untuk mengolah minuman atau sirup maupun pemanis, padahal kulit markisa memiliki kandungan anti oksidan yang tinggi sekitar satu persen.
"Langkah membuatnya pun sangat mudah. Pertama kulit markisa dikeringkan dengan cara di jemur selama dua hari di bawah sinar matahari, kemudian kulit markisa kering dihaluskan menjadi serbuk," kata dia.
Selanjutnya, serbuk markisa direndam menggunakan etanol selama delapan jam dan terjadi pengendapan. Dari pengendapan itu, diambil ekstrak serbuk kulit markisa menggunakan rotari evaporator (alat untuk menguapkan) dengan suhu 40-50 derajat celcius.
"Untuk takaran yang kami teliti, 25 gram serbuk kulit markisa dan 100 miiliter etanol, menghasilkan 1 gram jel yang bisa digunakan untuk 50 gram minyak goreng curah, guna memperlambat proses oksidasi minyak," ungkap Hanna.
Di sisi lain, Stephen Utomo Hanna mengatakan minyak curah yang sudah diberi ekstrak markisa akan berubah warna menjadi jingga dan bisa digunakan untuk 10 kali penggorengan atau pemakaian.
"Harapan kedepannya agar bisa diproduksi secara masal, sehingga bisa untuk minyak yang lebih banyak dan bisa dikomersialkan, namun selama percobaan kami hanya menggunakan campuran minyak curah bukan minyak jelantah," tandasnya. (*)