Jakarta (Antara) - Ormas Islam Mathla'ul Anwar yang selama ini bergerak di bidang pendidikan, dakwah, dan sosial mengajak para tokoh agama untuk membentengi remaja Indonesia agar terhindar dari krisis moral melalui dakwah yang lebih efektif, efisien, dan mengikuti perkembangan teknologi.
"Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat telah menggeser norma kepantasan yang selama ini dipegang erat masyarakat. Maka, saat ini mulai nampak dampak buruk dari krisis moralitas ini," kata Ketua Umum Pengurus Besar Mathla'ul Anwar KH Sadeli Karim di Jakarta, Minggu.
Ia menjelaskan Pemerintah harus bahu-membahu dengan para tokoh agama untuk membentengi generasi muda dari krisis akhlak seperti semakin banyaknya penyalahgunaan narkoba dan kecanduan konten pornografi serta perkelahian di kalangan pelajar dan mahasiswa.
KH Sadeli Karim mengemukakan keterangan tersebut kepada wartawan sesaat menjelang melantik pengurus baru Mathla'ul Anwar periode 2015-2020 di Masjid Istiqlal Jakarta.
Sebelumnya, Ormas Islam yang kini memiliki perwakilan pada lebih dari 20 provinsi di Indonesia itu melaksanakan Muktamar ke-19 di Pandeglang Banten dari tanggal 7 hingga 9 Agustus 2015.
Pada muktamar yang dilaksanakan bersamaan dengan peringatan satu abad (100 tahun) Ormas Islam tersebut, KH Ahmad Sadeli Karim terpilih kembali menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Mathla'ul Anwar periode 2015-2020.
Mathla'ul Anwar itu sendiri didirikan pada 10 Ramadhan 1334 Hijriah atau 10 Juli 1916 oleh KH E Mohammad Yasin, KH Tb Mohammad Sholeh, dan KH Mas Abdurrahman di daerah Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Ormas Islam itu didirikan berselang empat tahun setelah berdirinya Muhammadiyah serta sepuluh tahun lebih awal dibanding NU. Muhammadiyah dirikan pada 18 November 1912 di Kauman Yogyakarta oleh KH Ahmad Dahlan dan NU didirikan pada 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur oleh KH Hasyim Asy'ari.
KH Sadeli Karim menyatakan sependapat dengan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH Ma'ruf Amin yang mengemukakan bahwa Indonesia yang penduduknya mayoritas Muslim kini cenderung berada dalam kondisi "darurat akhlak", sehingga gerakan perbaikan akhlak bangsa harus menjadi program prioritas semua Ormas Islam.
KH Ma'ruf Amin pada pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) MUI di Jakarta pada 10 November 2015 antara lain mengemukakan keprihatinannya terkait semakin mudahnya anak-anak dan remaja mengakses konten pornografi dan pornoaksi.
Akibatnya ukuran kesopanan serta kepantasan menjadi abu-abu dan tidak jelas. Lambat-laun sikap ini membentuk mentalitas baru, yakni permisif dalam hal moralitas, bahkan saat ini mulai nampak dampak buruk dari krisis moralitas itu.
"Sebut saja sebagai contoh sudah semakin banyak ditemukan kasus pedofil, penyalahgunaan narkoba, serta kecanduan konten pornografi dan pornoaksi," kata Ketua Umum MUI. (*)
Mathlaul Anwar: Bentengi Remaja dari Krisis Moral
Minggu, 15 November 2015 9:46 WIB
Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat telah menggeser norma kepantasan yang selama ini dipegang erat masyarakat. Maka, saat ini mulai nampak dampak buruk dari krisis moralitas ini