Bojonegoro (Antara Jatim) - Kayu jati temuan di Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, pada 1994 dengan panjang 17 meter, berdiameter 45 centimeter, dijadikan monumen, sebagai penanda daerah setempat pernah menjadi penghasil kayu jati di dunia.
Bupati Bojonegoro Suyoto, di lokasi monumen kayu jati, Sabtu, mengatakan, kayu jati temuan itu dijadikan monumen, karena daerahnya pernah menjadi produsen kayu jati dunia di jaman Belanda berkisar 1600-1900.
Ketika itu, menurut dia, kayu jati daerahnya yang memiliki kualitas bagus dibawa ke berbagai negara, selain dimanfaatkan untuk bangunan bersejarah di Tanah Air.
"Saya pribadi pernah menikmati lebatnya hutan jati sekitar 1981. Ketika itu saya berkemah di kawasan hutan jati," jelas dia.
Namun, katanya, keberadaan hutan jati di daerahnya lambat laun menyusut, hingga sampai sekarang ini.
Dengan demikian, katanya, kayu jati temuan itu dijadikan sebagai monumen, karena bisa menjadi pengingat bahwa daerahnya pernah menjadi penghasil kayu jati kelas dunia.
Tidak hanya itu, katanya, kayu jati temuan yang diberi nama "Mbah Balok" itu, juga sekaligus sebagai semangat untuk mengajak masyarakat agar melestarikan hutan jati.
Menurut dia, penempatan monumen kayu jati di alun-alun tetap diusahakan tidak menganggu kegiatan upacara.
"Lokasi monumen kayu jati di pojok alun-alun, agar upacara tidak terganggu dan masyarakat juga bisa melihat," ucapnya.
Di lokasi monumen, juga terpasang papan besar yang berisi tulisan terkait sejarah tanaman jati yang menjadi hutan di Bojonegoro.
Selain itu, juga terpasang tulisan ancaman denda dan pidana bagi siapa saja yang menghalang-halangi pelestarian benda cagar budaya, sebagaimana yang tercantum di dalam UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pada pasal 104 dan pasal 105.
Proses memindahkan kayu jati dilakukan oleh puluhan warga, dengan cara dipikul dengan bantuan gerobak dari tempat penimbunan kayu (TPK) di Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, ke alun-alun.
Perjalanan kayu jati dari TPK ke alun-alun, yang jarak sekitar 3 kilometer, juga diiringi rombongan reog, tari-tarian, dengan disaksikan warga di sepanjang perjalanan.
"Ada 80 tenaga kerja yang terlibat mengangkut kayu jati itu," jelas Kepala Bidang Pengembangan dan Pelestarian Budaya Disbudpar Bojonegoro Suyanto, menambahkan. (*)
