Banyuwangi (Antara Jatim) - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengemukakan bahwa kehidupan perkebunan memiliki akar sejarah yang sangat panjang di daerahnya.
"Kehidupan perkebunan ini memiliki sejarah panjang dan telah menjadi bagian dari budaya Banyuwangi. Untuk itu kami masukkan agenda karena Banyuwangi Festival memang digelar untuk mengangkat tradisi dan budaya Banyuwangi," katanya saat membuka Banyuwangi Plantation Festival (BPF) di Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu.
BPF itu menyuguhkan aneka hasil dan tradisi perkebunan di tengah perkebunan karet. Terasa sekali aroma perkebunan yang khas, yakni aroma getah karet, seduhan kopi dan coklat hangat yang baunya begitu menggoda.
Anas mengatakan gelaran festival ini dirancang untuk mengangkat potensi perkebunan yang dimiliki Banyuwangi. Selain juga, untuk melestarikan budaya dan tradisi masyarakat yang hidup di perkebunan.
Menurut dia, dampak lain yang diharapkan dari festival itu adalah meningkatnya kerja sama dan komunikasi antarpemangku kepentingan di perkebunan. Dan yang tak kalah penting, festival ini diharapkan mampu menjadi sarana anak-anak perkebunan untuk mendapatkan banyak wawasan dan menunjukkan potensinya.
"Ini bukan sekedar menampilkan produk perkebunan, justru di baliknya ada edukasi bagi anak-anak perkebunan. Dengan berinteraksi dengan orang luar, mereka akan belajar dan menangkap banyak, dan tumbuh motivasi untuk meraih lebih," kata Anas.
Karena itu, pihaknya member panggung bagi anak-anak perkebunan untuk menampilkan kreasinya. Seperti tari petik kopi yang tercipta dari tradisi kehidupan mereka. "Kami ingin buat mereka bangga bisa tampil di hadapan para petinggi ini," kata Anas.
Ia menjelaskan bahwa Banyuwangi memiliki areal perkebunan yang luasnya mencapai 82.143,63 hektare yang tersebar di beberapa wilayah. Komoditas kebunnya beragam mulai kopi, kelapa kopra, kelapa deres, tembakau, kakao, tebu, cengkeh, karet, vanili, abaca, kapas, dan kapuk randu. Sejumlah komoditas seperti kelapa kopra, vanili dan kopi bahkan telah diekspor ke beberapa negara.
Festival itu dihadiri para administratur (Adm) di bawah PTPN XII, perkebunan negeri swasta, Perhutani Utara, Barat dan Selatan, Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Ijen, Taman Nasional Meru Betiri dan Taman Nasional Alas Purwo. Selain itu juga Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) Jember, Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan, dan sejumlah pengusaha hortikultura.
Di festival itu ada puluhan stand yang memamerkan berbagai hasil kebun dari 38 perkebunan, 11 PTPN dan 27 perkebunan swasta, yang tergabung Gabungan Perusahaan Perkebunan (GPP).
Sementara Direktur Perkebunan Kalibendo Chandra Sasmita mengatakan festival itu menjadi salah satu ajang untuk berbagi dengan para pengusaha perkebunan. Mulai dari membangun kesamaan persepsi pengembangan hingga mencari solusi gangguan penyakit tanaman perkebunan.
"Saya inginnya juga perkebunan bisa menjadi alternatif destinasi wisata di Banyuwangi, sejalan dengan konsep ecotourism yang dikembangkannya. Kebun kami yang berada di kaki Gunung Ijen telah menyediakannya. Para wisatawan kami ajak treking di bawah pepohonan karet, kami tunjukkan cara menyadap karet, lalu kita ajak minum kopi hasil kebun kami," ujar Chandra.(*)
Bupati: Perkebunan Miliki Sejarah Panjang di Banyuwangi
Minggu, 4 Oktober 2015 21:53 WIB
Ini bukan sekedar menampilkan produk perkebunan, justru di baliknya ada edukasi bagi anak-anak perkebunan.