"Saya menggunakan bentuk fosil seperti tulang untuk dijadikan motif batik ciri khas Kabupaten Ngawi. Alhamdulillah banyak yang suka," ujar perajin batik fosil, Budi Siwi, kepada wartawan, Senin.
Menurut dia, penggunaan motif fosil tersebut, terinspirasi dari berbagai macam fosil yang banyak ditemukan di Situs Trinil. Dari situ, Budi Siwi lalu menciptakan motif batik fosil yang dipadupadankan dengan motif daun, sulur, dan lainnya.
Budi Siwi menjelaskan, pembuatan batik motif fosil tersebut telah ia jalani sejak belasan tahun yang lalu. Namun seiring waktu, hanya usaha batiknya yang masih bertahan dan mampu menembus pasar luar wilayah Ngawi.
Adapun, satu lembar batiknya dihargai bervariasi mulai dari Rp70 ribu hingga Rp1 juta tergantung kesulitan motif dan bahan kain batiknya.
"Ada yang terbuat dari kain sutra, sehingga hasil batiknya lebih halus. Harganya bisa mencapai ratusan ribu hingga satu juta Rupiah," katanya.
Salah satu pengunjung gerai batik setempat, Argo, mengatakan sangat terkesan dengan batik motif fosil hasil produksi kerajinan batik pimpinan Budi Siwi. Ia menilai batik motif fosil sangat unik.
Karena banyaknya peminat, omzet Budi Siwi setiap bulannya bisa mencapai Rp30 juta. Selain dapat meningkatkan kesejahteraan keluraga, Budi Siwi juga mampu memberi lapangan pekerjaan para ibu rumah tangga di desanya. Hingga kini, jumlah karyawan Budi Siwi sudah mencapai 13 orang. (*)