Malang (Antara Jatim) - PT DuPont Indonesia bekerja sama dengan Komando Distrik (Kodim) 0818 Kabupaten Malang untuk mewujudkan program swasembada pangan, khususnya dalam pendampingan bagi petani di wilayah itu melalui sekolah lapang untuk Bintara Pembina Desa (Babinsa).
"Program Sekolah Lapang bagi anggota Babinsaini untuk berbagi teknik budi daya jagung. Bekerja sama dengan Kodim 0818 Malang, DuPont melakukan pelatihan Sekolah Lapang bagi 36 Babinsa seluruh yang ada di bawah naungan Kodim 0818, yakni 33 di Kabupaten Malang dan tiga Babinsa di wilyah Kota Batu," kata Marketing manajer PT DuPont Indonesia Yuana Lesana di sela-sela peresmian Sekolah Lapang bagi babinsa di Krebet, Kabupaten Malang, Selasa.
Ia mengatakan setiap anggota diajarkan secara langsung cara menanam dan merawat tanaman jagung dengan baik, menggunakan varietas terbaru jagung P35 Banteng yang tahan bulai dan cepat panen. PT DuPont Indonesia berkomitmen memberikan dukungan kepada pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan melalui produk-produk jagung berkualitas, seperti P3 Banteng.
Oleh karena itu, lanjutnya, peran dan keterlibatan langsung para Babinsa ini penting karena dalam program swasembada pangan, anggota Babinsa ditugaskan untuk mendistribusikan benih bantuan dari pemerintah dan melakukan pendampingan terhadap petani, sehingga sangat penting bagi anggota Babinsa untuk memiliki pengetahuan budi daya pertanian yang memadai agar dapat membantu petani mencapai hasil panen maksimal.
Lebih lanjut, Yuana mengatakan selama lebih dari 10 tahun, PT DuPont Indonesia mendampingi dan bekerja sama dengan petani di Jawa Timur. Berbekal pengalaman turun langsung ke lapangan dengan petani, PT DuPont Indonesia berkomitmen untuk memberikan solusi nyata dalam membantu petani meningkatkan hasil dan kesejahteraannya. "Kami percaya bahwa jagung Pioneer dari DuPont merupakan benih jagung hibrida yang sesuai untuk kondisi Jawa Timur," ujarnya.
Selain dukungan penyediaan benih, katanya, DuPont secara aktif juga melibatkan elemen masyarakat untuk mendukung program swasembada pangan, khususnya dalam pendampingan kepada petani. Oleh karenanya, pada hari ini (Selasa, 22/9), DuPont mengundang Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Timur dan petani dari beberapa Kabupaten untuk melihat langsung proses produksi benih jagung hibrida.
Petani dari berbagai daerah di Jawa Timur itu diperkenalkan akan kualitas benih yang telah dihasilkan sepenuhnya di dalam negeri. PT DuPont Indonesia memroduksi dan memasarkan benih jagung hibrida DuPont Pioneer sejak tahun 1988 dan merupakan pemimpin pasar dalam industri benih jagung hibrida di Indonesia. PT DuPont Indonesia telah melepas 35 varietas benih jagung hibrida Pioneer, beberapa diantaranya adalah varietas P21, P27, P31, P32, dan P35.
Sementara itu Pioneer berproduksi di Indonesia mulai tahun 1988 di pabrik pertama yang berlokasi di Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Pada tahun 2000, lokasi produksi dipindahkan di Kecamatan Bululawang dengan luas area baru mencapai 8 hektare.
Dengan keterlibatan sekitar 30.000 petani binaan, lahan operasional produksi jagung yang dikerjakan oleh PT DuPont Indonesia mencapai luasan lahan 10 hektare. Lahan operasional produksi ini dibagi menjadi 1 area teritori untuk padi, dan tiga teritori untuk jagung, yakni di Blitar, Malang, Lumajang, Jember dan Banyuwangi.
Lokasi lahan operasional ini dipilih di Jawa Timur dengan mempertimbangkan hasil produksi yang lebih baik dan untuk mendekati pasar utama penjualan benih yang berada di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Saat ini, untuk pabrik benih di Malang, PT DuPont Indonesia mempekerjakan hampir 150 orang karyawan tetap, dan 500 orang karyawan kontrak.
Saat ini, pabrik PT DuPont Indonesia dapat mendukung pada saat musim tanam utama (4-5 bulan) dengan kapasitas produksi rata–rata 10 ribu ton per hektare. Kapasitas ini dapat ditingkatkan sampai dengan 16 ribu ton, untuk memenuhi kebutuhan jagung bagi 1 juta hektare lahan pertanian jagung di seluruh Indonesia, kata Integrated Operation Manager Jawa Timur, Benny Sugiharto.
"Musim kemarau yang berkepanjangan telah menimbulkan kekhawatiran bagi para petani akan berkurangnya debit irigasi dan kemungkinan serangan penyakit bulai ketika hujan mulai turun. Di kalangan petani jagung, telah muncul kebutuhan terhadap benih jagung yang efisien dalam penggunaan air dan biaya produksi, serta tahan bulai untuk mengantisipasi keadaan cuaca tidak menentu yang biasanya terjadi di akhir masa El Nino," katanya.
DuPont memberikan pilihan solusi berupa produk jagung hibrida terbaru, yakni P35 Banteng. P35 Banteng dapat dipanen cepat, sekitar 100 Hari Setelah Tanam (HST). Karena lebih cepat panen, jagung P35 Banteng lebih pendek masa perawatannya, biaya produksi lebih efisien.
Potensi hasil P35 Banteng mencapai 12,1 MT/hektare pipilan kering, dengan kualitas pipilan sangat baik berwarna merah cerah dan kadar air rendah. P35 Banteng juga memiliki ketahanan genetis alami terhadap penyakit bulai, sehingga menjadi nilai tambah bagi petani karena menghemat biaya produksi.(*)