Kediri (Antara Jatim) - Puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Kediri, Jawa Timur, unjuk rasa di halaman kampus, memprotes soal status mahasiswa baru yang ternyata sampai saat ini belum terdata di Dikti.
"Jangka waktu untuk registrasi adalah satu tahun, padahal mereka saat ini sudah semester tiga dan kampus belum memberikan kejelasan," kata Nasrul Febrianto, perwakilan dari Senat Mahasiswa STAIN Kediri, di Kediri, Senin.
Ia mengatakan mahasiswa resah dengan status mereka, sebab sampai saat ini ternyata belum terdata di Dikti. Padahal, terdaftar merupakan hak mereka sebagai mahasiswa.
Dalam unjuk rasa, mereka membawa berbagai macam atribut, di antaranya poster dan spanduk. Beberapa tulisan di poster itu seperti "Birokrasi kampus amburadul", "Hapus lima hari kerja buka kantor Senin sampai Sabtu", "Mana hasil dari luar negeri", dan sejumlah tulisan lainnya.
Mereka juga melakukan orasi mendesak agar manajemen kampus bertanggungjawab soal belum masuknya data mahasiswa baru ke Dikti. Selain itu, mereka juga menggelar teaterikal yang memeragakan birokrasi kampus. Mahasiswa juga membakar ban dalam unjuk rasa itu, sehingga keluar asap pekat. Namun, hal itu tidak menyurutkan mahasiswa untuk aksi.
Selain menuntut soal kejelasan status mahasiswa baru, yang jumlahnya sekitar 1.800 mahasiswa, mereka juga memprotes kebijakan Wakil Ketua Tiga Bidang Kemahasiswaan STAIN Kediri yang dinilai sepihak.
Uang kegiatan kemahasiswaaan dipotong, sampai Rp500 ribu dengan alasan untuk publikasi. Padahal, uang itu sangat penting untuk kegiatan mahasiswa. Mereka mendesak, yang bersangkutan diberhentikan dari jabatannya.
Sementara itu, Ketua STAIN Kediri Nur Chamid mengatakan soal mahasiswa yang belum terdata di Dikti, hanya soal adminstrasi saja. Data mereka sudah ada di birokrasi kampus dan tinggal mutasi ke data di Dikti.
"Itu hanya administrasi, dan tentu nanti akan saya cek di bagian administrasi, dan pasti akan lakukan pembetulan," kilahnya.
Soal tuntutan kepada Wakil Ketua Tiga Bidang Kemahasiswaan STAIN Kediri yang dinilai merugikan mahasiswa, ia mengatakan jika pimpinan ada yang cocok dan ada yang merasa kurang cocok. Namun, ia mengatakan hal itu akan dijadikan sebagai bahan instropeksi. (*)