Surabaya (Antara Jatim) - Banyaknya sampah plastik di hutan Mangrove di kawasan Wonorejo, Rungkut, Kota Surabaya bisa mengancam ekosistem yang ada di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya).
Kondisi inilah yang disesalkan bakal Calon Wakil Wali Kota Surabaya Lucy Kurniasari saat mengelilingi hutan mangrove Wonorejo dengan menggunakan perahu ditemani para relawan peduli lingkungan Komunitas Nol Sampah Surabaya, Sabtu.
"Saya sudah melihat secara langsung kondisi mangrove di sini. Saya prihatin ternyata banyak sampah plastik di hutan mangrove," kata Lucy.
Menurut dia, kondisi tersebut tentunya harus mendapat perhatian serius dari pemerintah kota. Tentunya harus ada kebijakan dari pemkot untuk mengantisipasi persoalan lingkungan ini.
"Ini harus ditata ulang. Apalagi kawasan bagian dari wisata mangrove yang tentunya harus dijaga dan dilestarikan," ujar cawawali yang diusung PAN dan Demokrat ini.
Apalagi, lanjut dia, banyak aneka satwa yang ada di mangrove seperti burung, monyet dan binatang lainnya. "Sekarang ini masih ada, tapi jika lingkungan rusak, maka tidak menutup kemungkinan satwanya juga punah," kata mantan anggota DPR RI dari Demokrat.
Ia mengatakan jika ada pelanggaran lingkungan, lanjut dia, tentunya harus ada sanksi yang tegas yang diberikan pemerintah. Tentunya dalam hal ini, pemerintah daerah harus berkoordinasi dengan pemerintah pusat agar ada kesamaan dalam menjaga lingkungan mangrove.
Ketua Komisi A Bidang Hukum dan Pemerintah DPRD Surabaya Herlina pada saat mendampingi Lucy mengatakan selama ini anggaran untuk pengelolaan hutan mangrove kebanyakan dari dana CSR.
"Tentunya hal ini dianggap masih kurang, sehingga harus ada anggaran tambahan untuk memaksimalkan pelestarian di hutan mangrove," ujarnya.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya meminta pemerintah kota lebih peduli terhadap kawasan konservasi mangrove dengan melakukan pengawasan secara terus menerus, khususnya berdirinya bangunan yang tanpa izin.
Sementara itu, Koordinator Komunitas Nol Sampah Wawan Some mengatakan sampah plastik menjadi ancaman serius kawasan Pamurbaya, terutama mangrove karena sampah melilit atau menutup akar, batang serta daun mangrove, khususnya anak mangrove yang baru ditanam.
"Sampah plastik ini datang dari mana-mana, bisa dari Sidoarjo, Surabaya, Mojokerto atau hulu brantas. Tentunya ini menjadi ancaman pertumbuhan mangrove serta biota laut lainnya," ujarnya.
Rehabilitasi Pamurbaya menjadi sangat penting, karena mangrove berfungsi ekologis seperti mencegah intrusi air laut, abrasi pantai, menyerap polutan, serta habitat bagi biota air maupun daratan (nursery ground) bagi kawasan kota Surabaya.
Hutan mangrove di Pamurbaya, juga memiliki fungsi penting sebagai habitat hidup satwa liar. Dari kajian Nol Sampah pada 2012, tercatat ada 20 jenis tumbuhan mangrove sejati dan 17 mangrove ikutan (asosiasi) yang sangat disukai satwa liar sebagai habitat ratusan jenis burung, 53 spesies serangga, 7 spesies mamalia diantaranya monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan musang (Paradoxurus sp), 18 spesies ikan, dan 7 spesies crustaceae, serta beragam jenis reptil.
Tercatat ada 148 jenis burung yang pernah dilihat di hutan mangrove Pamurbaya, , 84 spesies burung merupakan penghuni tetap, dan 12 spesies diantara termasuk jenis yang dilindungi. Juga ada 44 jenis burung migran yang singgah Pamurbaya. (*)
Sampah Plastik Ancam Hutan Mangrove Pamurbaya
Sabtu, 19 September 2015 14:58 WIB
Saya sudah melihat secara langsung kondisi mangrove di sini. Saya prihatin ternyata banyak sampah plastik di hutan mangrove