Surabaya (Antara Jatim) - Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya meresmikan pusat bahasa dan budaya "King Sejong Institute" (KSI) Korea di kampus setempat yang diperuntukkan mahasiswa UK Petra maupun umum.
"Ada sekitar 70 proposal dari seluruh dunia yang diajukan ke pemerintah Korea untuk pendirian KSI, namun hanya 16 proposal yang disetujui, termasuk usulan dari kami (UK Petra)," kata Rektor UK Petra Surabaya, Prof Dr Eng Ir Rolly Intan, Senin.
Di sela peresmian pusat bahasa dan budaya KIS itu, ia mengatakan dengan diresmikannya KSI di UK Petra, maka jumlah KSI di Indonesia menjadi tiga yaitu di Pusat Kebudayaan Korea Selatan di Jakarta dan Universitas Hasanuddin di Makassar yang metode pembelajarannya seperti mengikuti kursus bahasa secara umum.
"KSI sendiri akan menyediakan tenaga profesional dalam bidang budaya Korea dan kurikulum budaya dengan sudut pandang dua belah pihak yaitu KSI maupun UK Petra, agar pelajar asing dapat semakin memahami Korea dan budayanya," paparnya.
Sementara itu, Presiden Dongseo University (DSU) KSI Foundation Korea, Mr. Jekuk Chang, mengatakan saat ini ada 139 institute yang sudah bekerja sama untuk mengembangkan program pusat bahasa dan budaya KSI yang tersebar di 55 negara di seluruh dunia.
"KSI yang tersebar di berbagai negara ini menyediakan kurikulum sistematis yang memiliki standar level pendidikan, seperti materi yang diajarkan dan jam belajar Bahasa Korea dengan berpedoman pada 'Internationally used Korean Education Model'," tuturnya.
Untuk mempelajari Budaya Korea, seperti makanan, film, adat istiadat, busana, dan lainnya, pihaknya menyediakan tenaga profesional dalam bidang budaya Korea dan kurikulum budaya Korea.
"Sejong adalah raja keempat dari Dinasti Joseon yang menciptakan alfabet Korea pada 1446, sehingga Raja Sejong sangat menginspirasi masyarakat Korea yang memiliki jasa yang besar, maka diharapkan KSI di UKP akan menjadi pusat budaya dan bahasa Korea," jelasnya.
Selain itu, ia menambahkan KSI di UK Petra juga akan bisa menjadi jembatan untuk membuka pusat budaya dan bahasa Indonesia di Korea Selatan. (*)