Pamekasan (Antara Jatim) - Sebanyak 7 hektare tanaman tembakau milik petani di Desa Palengaan Laok, Kecamatan Palengaan Pamekasan, Pulau Madura, Jawa Timur terancam gagal panen, karena air embung persediaan petani kini mulai menipis.
Untuk menyiasati habisnya persediaan air, warga mengatur pola penyiraman tanaman tembakau mereka secara bergantian, mengingat embung penampungan air yang digunakan untuk tanaman tembakau mereka digunakan sebanyak delapan orang petani tembakau.
Terkadang warga terpaksa mengambil air ke sumber air ke desa lain dengan biaya lebih mahal, karena harus menggunakan dengan menggunakan mobil pikap.
Untuk kebutuhan mandi dan memasak, sebagian warga di Desa` Palengaan Laok, Kecamatan Palengaan terpaksa menggunakan air yang agak keruh yang diambil dari sumur yang ada di desa itu.
"Kalau untuk diminum, ya caranya dimasak dulu, lalu didiamkan selama beberapa menit, setelah kotorannya terendam, baru diminum," tutur warga lain, Mat Kosim.
Ia menuturkan, kondisi kekurangan air bersih saat kemarau memang biasa terjadi dan dialami warga di desa itu.
Masyarakat, kata dia, telah mengusulkan bantuan sumur bor ke Pemkab Pamekasan, namun belum ada tanggapan karena terkendala anggaran.
Desa Palengaan Laok, Kecamatan Palengaan, Pamekasan ini merupakan satu dari 80 desa yang dilanda kekeringan di Kabupaten Pamekasan pada kemarau kali ini.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pamekasan menyebutkan, sejak memasuki Agustus 2015 ini, daerah yang dilanda kekeringan semakin luas, yakni dari sebelumnya hanya 200 dusun di 80 desa, kini menjadi 299 dusun.
Kecamatan yang dilanda kekeringan tersebar di 11 kecamatan dari total 13 kecamatan yang ada di wilayah itu.
"Hanya dua kecamatan yang hingga kini belum masuk kategori daerah rawan kekeringan, yakni Kecamatan Kota dan Kecamatan Galis," kata Kepala BPBD Pemkab Pamekasan Akmalul Firdaus.
Ia menjelaskan, data daerah rawan kekeringan di Pamekasan ini berdasarkan pemetaan dan laporan sejumlah kecamatan. Penyebabnya, karena panasnya cuaca, dan musim kemarau yang datang lebih awal.
Firdaus merinci, dari 299 dusun yang rawan kekeringan itu, sebanyak 166 dusun di 37 mengalami kering kritis, dan sebanyak 133 dusun, di 42 desa mengalami kering langka.
Yang dimaksud dengan kering kritis, kata dia, apabila pemenuhan air di dusun itu hanya mencapai 10 liter lebih per orang per hari. Selain itu, jarak yang harus ditempuh masyarakat untuk mendapatkan air bersih hingga dalam radius 3 kilometer lebih.
Sedangkan yang dimaksud dengan kategori kering langka, apabila ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan warga dibawah 10 liter per orang, per hari.
"Dan jarak yang harus ditempuh warga untuk mendapatkan air antara 0,5 kilometer hingga maksimal 3 kilometer," katanya menjelaskan.
Kepala BPBD Pemkab Pamekasan Akmalul Firdaus menjelaskan, pemkab telah melakukan distribusi bantuan air bersih ke desa-desa yang dilaporkan mengalami kekeringan dan kelangkaan air bersih itu.
Sebanyak 7 unit armada mobil tangki dikerahkan untuk mendistribusikan bantuan, yakni mobil tangki dari BPBD dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pemkab Pamekasan.
"Hanya saja, bantuan air yang kami distribusikan sementara ini, untuk kebutuhan primer saja. Kalau kebutuhan pertanian, belum bisa kami lakukan," katanya menjelaskan. (*)